Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah pelemahan harga logam industri, tembaga tampak sedikit lebih bertenaga. Meski begitu, harga komoditas ini masih diselimuti potensi penurunan permintaan seiring dengan bertambahnya tensi perang dagang.
Mengutip Bloomberg, Jumat (22/6), harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) ditutup naik tipis 0,04% ke level US$ 6.789 per metrik ton. Harga tembaga menguat lantaran LME mencatat berkurangnya persediaan tembaga pekan ini sebanyak 450 ton menjadi 305.525 ton.
Selain itu, harga tembaga juga memperoleh sentimen penopang harga dari rencana pekerja tambang Chuquicamata milik Codelco di Cile untuk menggelar aksi unjuk rasa. Pekerja mengancam akan berhenti memproduksi dalam waktu dekat. Sekadar informasi, Chuquicamata merupakan tambang terbesar kedua milik Codelco yang sepanjang tahun lalu memproduksi sekitar 330.000 ton tembaga.
Kendati demikian, jika dilihat dalam sepekan, harga tembaga justru merosot cukup dalam, yaitu 3,29%. Ada kekhawatiran prospek harga tembaga akan terus melemah seiring dengan bertambahnya produksi yang tak diimbangi dengan tingkat permintaan.
Survey Bloomberg menyebut, kapasitas produksi tembaga di China di paruh kedua tahun ini diperkirakan meningkat. Kapasitasnya diprediksi akan bertambah sekitar 900.000 ton. Lantas, pertumbuhan output tembaga di China sepanjang tahun ini pun akan melaju menjadi 5%, lebih tinggi dibanding 3% di tahun 2017.
Direktur Utama Garuda Berjangka Ibrahim, menambahkan, harga tembaga pun akan kian tertekan dengan adanya sentimen perang dagang yang terus bergulir saat ini. Aksi saling balas tarif bakal membuat tingkat permintaan komoditas logam industri, seperti tembaga, jadi terseret.
"Tambah lagi, kondisi perekonomian Amerika Serikat (AS) yang masih positif membuat dollar AS tetap kuat. Jadinya, harga logam industri yang notabene berbasis dollar semakin mahal," ujar Ibrahim, Senin (25/6).
Untuk itu, selama pasar masih diselimuti ketidakpastian perang dagang, Ibrahim pesimistis harga tembaga bisa menanjak tinggi. Ia memproyeksi, memasuki kuartal ketiga nanti, harga tembaga berkutat dalam rentang US$ 6.000-US$ 7.100.
"Level US$ 7.000 hanya bisa dicapai kalau ada win-win solution dalam konflik perang dagang ini," ujar Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News