Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga tembaga bertahan di sekitar level terendah lima bulan pada Kamis (2/1), seiring ekspektasi melemahnya prospek permintaan yang semakin diperkuat oleh aktivitas manufaktur yang lesu di berbagai belahan dunia.
Melansir Reuters, harga tembaga di London Metal Exchange (LME) naik 0,3% menjadi US$8.792 per ton dalam perdagangan resmi, setelah sempat menyentuh US$8.757 pada hari Selasa, yang merupakan level terendah sejak 8 Agustus.
Dolar AS menguat kembali, melanjutkan tren yang telah menekan harga logam sejak akhir September.
Baca Juga: Sebagian Besar Logam Dasar Menguat di Awal 2025 Karena Optimisme China
Mata uang AS yang lebih kuat membuat logam yang dihargai dalam dolar menjadi lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lainnya.
Logam industri juga diperkirakan berada di bawah tekanan karena ketidakpastian yang diciptakan oleh kemungkinan Presiden AS terpilih, Donald Trump, akan memberlakukan tarif impor.
Langkah ini dapat memicu perang dagang dan memukul pertumbuhan ekonomi global serta permintaan logam.
“Ada banyak kegelisahan tentang apa yang akan dilakukan Trump setelah tiba di Gedung Putih,” kata seorang pedagang tembaga.
“Aktivitas manufaktur dan permintaan tidak menunjukkan tanda-tanda peningkatan.”
Survei manajer pembelian menunjukkan aktivitas manufaktur melambat di China dan Korea Selatan pada bulan Desember. Sementara aktivitas pabrik di Eropa menurun lebih cepat dibandingkan bulan November.
Baca Juga: Harga Tembaga London Turun Senin (30/12), di Tengah Penantian Data Ekonomi China
Sementara itu, harga aluminium mencatatkan harga tertinggi intraday di US$2.574,50 per ton karena kekhawatiran atas pasokan di pasar LME.
Aluminium naik 0,3% menjadi US$2.559 dalam perdagangan resmi.
Kekhawatiran terhadap pasokan telah mempersempit diskon kontrak tunai atas aluminium tiga bulan menjadi sekitar US$23 per ton, dari lebih dari US$40 pada bulan Desember.
Stok aluminium di gudang LME turun lebih dari 40% sejak Mei tahun lalu menjadi 634.650 ton.
Sementara itu, cancelled warrants—logam yang disiapkan untuk pengiriman—mencapai 54% dari total stok, menunjukkan lebih banyak aluminium akan meninggalkan gudang LME dalam beberapa hari mendatang.
Baca Juga: Harga Emas Spot Bersinar pada Level US$2.638 di Awal 2025, Kamis (2/1)
Secara teknis, level resistensi kenaikan aluminium berada di sekitar US$2.575 per ton (rata-rata pergerakan 21 hari), dengan dukungan di rata-rata pergerakan 100 hari pada US$2.553.
Untuk logam lainnya; harga seng turun 0,9% menjadi US$2.951 per ton, timbal melemah 0,5% menjadi US$1.942, timah jatuh 2,2% menjadi US$28.440, dan nikel turun 0,3% menjadi US$15.290.
Selanjutnya: Prospek dan Rekomendasi Saham yang Jadi Top Leaders & Laggards pada 2024
Menarik Dibaca: Robert Kiyosaki Ungkap 4 Aset Investasi Ini yang Membuatnya Sangat Kaya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News