kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.960.000   9.000   0,46%
  • USD/IDR 16.300   94,00   0,58%
  • IDX 7.166   -38,30   -0,53%
  • KOMPAS100 1.044   -6,02   -0,57%
  • LQ45 802   -6,08   -0,75%
  • ISSI 232   -0,07   -0,03%
  • IDX30 416   -3,18   -0,76%
  • IDXHIDIV20 486   -4,82   -0,98%
  • IDX80 117   -0,79   -0,67%
  • IDXV30 119   -0,02   -0,02%
  • IDXQ30 134   -1,35   -1,00%

Harga Saham Emiten Migas Melesat Imbas Lonjakan Harga Minyak, Simak Rekomendasinya


Jumat, 13 Juni 2025 / 19:42 WIB
Harga Saham Emiten Migas Melesat Imbas Lonjakan Harga Minyak, Simak Rekomendasinya
ILUSTRASI. Emiten-emiten di sektor migas kecipratan sentimen positif atas lonjakan harga minyak mentah dunia yang terjadi pada Jumat (13/6). REUTERS/Todd Korol


Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten-emiten di sektor migas kecipratan sentimen positif atas lonjakan harga minyak mentah dunia yang terjadi pada Jumat (13/6). Hal tersebut menyusul konflik geopolitik Timur Tengah yang kembali memanas.

Merujuk situs Trading Economics, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) melesat 7,51% ke level US$ 73,15 per barel pada Jumat (13/6) pukul 18.33 WIB. Harga minyak Brent juga naik 7,12% ke level US$ 74,30 per barel.

Lonjakan harga minyak mentah turut mempengaruhi pergerakan saham-saham emiten migas. Misalnya, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) yang harga sahamnya terbang 9,38% ke level Rp 1.400 per saham pada penutupan perdagangan, Jumat (13/6).

Baca Juga: Harga Minyak Meroket Akibat Perang Israel-Iran, RI Genjot Produksi

Selain itu, harga saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) juga meroket 7,03% ke level Rp 274 per saham. Saham emiten jasa migas yang juga bagian dari Grup Pertamina, PT Elnusa Tbk (ELSA) juga menanjak 6,69% ke level Rp 510 per saham.

Tak hanya itu, harga saham PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) turut melesat 7,39% ke level Rp 7.625 per saham. Induk usahanya, PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) juga mengalami kenaikan harga saham meski hanya 0,71% ke level Rp 2.820 per saham.

Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata menilai, sentimen berupa konflik antara Israel dan Iran cukup mendominasi pergerakan harga minyak dunia saat ini. Maklum saja, per Januari 2025 Iran memproduksi sekitar 3,28 juta barel minyak mentah per hari. “Iran menyumbang 4% dari produksi dan kebutuhan minyak global,” ujar dia, Jumat (13/6).

Dia memperkirakan harga minyak bakal tetap di atas level US$ 70 per barrel dengan level support berikutnya di level US$ 68 atau 65 per barrel.

Senada, Equity Analyst Indo Premier Sekuritas Imam Gunadi mengatakan, kenaikan signifikan harga minyak dunia sangat dipengaruhi oleh faktor geopolitik terutama serangan militer Israel terhadap Iran. Konflik tersebut memunculkan kekhawatiran akan gangguan distribusi minyak, terutama di Selat Hormuz sebagai jalur krusial yang dilalui sekitar 20% pasokan minyak global.

“Hal ini memicu permintaan yang meningkat karena khawatir akan ada gangguan pasokan,” ujar dia, Jumat (13/6).

Baca Juga: Harga Minyak Melonjak Usai Serangan Israel ke Iran, Cermati Prospek Harganya

Bagi emiten-emiten migas, kondisi seperti ini tentu menjadi sentimen positif bagi kelangsungan bisnisnya. Kenaikan harga minyak berpotensi mendongkrak pendapatan dan margin, khususnya bagi emiten yang bergerak di sektor hulu migas seperti MEDC dan ENRG

Emiten jasa migas seperti ELSA dan RAJA juga bisa menikmati peningkatan permintaan layanan jika kegiatan pengeboran dan produksi minyak ikut naik.

Di sisi lain, dampak lonjakan harga minyak berpotensi hanya bersifat sementara jika konflik geopolitik mereda. Kenaikan harga minyak juga bisa terhenti jika ada intervensi dari negara-negara produsen utama untuk menstabilkan pasokan minyak global. Harga komoditas ini juga rentan terkoreksi jika ada sentimen seperti sikap hawkish dari The Fed terhadap arah suku bunga acuan hingga peningkatan cadangan minyak global.

Lantas, emiten migas perlu menjaga efisiensi biaya dan memiliki struktur biaya produksi yang kompetitif agar tetap tahan banting di tengah volatilitas harga. “Diversifikasi lini bisnis, penguatan lini midstream atau downstream, serta menjaga rasio utang yang sehat juga penting dilakukan,” imbuh Imam.

Imam merekomendasikan beli saham ELSA dengan entry level Rp 510 per saham serta target harga di level Rp 540 per saham dan stop loss di bawah level Rp 496 per saham. Saham MEDC juga direkomendasikan beli saham MEDC dengan entry level Rp 1.400 per saham serta target harga di level Rp 1.515 per saham dan stop loss di bawah level Rp 1.345 per saham.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Melonjak Lebih dari 5% Jumat (13/6) Pagi, Usai Israel Gempur Iran

Saham RAJA turut direkomendasikan beli dengan entry level Rp 2.820 per saham serta target harga di level Rp 2.980 per saham dan stop loss di bawah level Rp 2.740 per saham. Rekomendasi beli juga disematkan untuk saham RATU dengan entry level Rp 7.645 per saham serta target harga di level Rp 8.175 per saham dan stop loss di bawah level Rp 7.350 per saham.

Adapun saham ENRG disarankan wait and see hingga pullback di area Rp 246—254 per saham.

Secara teknikal, Liza menyarankan kepada investor untuk jangan menambah posisi dulu di saham MEDC, apalagi menghadapi akhir pekan yang diperkirakan banyak gejolak di pasar komoditas. 

Sejauh ini, saham MEDC sudah mencapai target atau resistance upper channel di level Rp 1.400 per saham. Indikator RSI juga sudah menancap di wilayah overbought. Jika kondisi fundamental mendukung, maka upper channel bisa tembus dan membuka jalan bagi MEDC menuju target harga Rp 1.600 per saham.

Selain itu, Liza juga menyarankan untuk beli bertahap saham RATU dengan target harga bertahap di level Rp 8.000, Rp 9.000, serta Rp 9.700—10.000 per saham.

Selanjutnya: Kemenkeu Masih Hitung Besaran Anggaran Kenaikan Gaji Hakim Hingga 280%

Menarik Dibaca: 5 Manfaat Vitamin C untuk Rambut, Cegah Uban hingga Rambut Rontok!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×