Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah dunia melonjak setelah Israel melancarkan serangan besar-besaran terhadap Iran, memicu balasan Iran dan meningkatkan kekhawatiran tentang gangguan pasokan minyak dunia.
Berdasarkan data Trading Economics, harga minyak mentah dunia melesat 6,78% dalam 24 jam terakhir ke level US$ 72,7 per barel pada Jumat (13/6) pukul 16.31 WIB. Sepekan terakhir, harga minyak mentah dunia telah meroket 12,2%.
Sebelumnya, Israel mengatakan telah menargetkan fasilitas nuklir Iran, pabrik rudal balistik, dan komandan militer, di awal operasi yang diperingatkan akan berlangsung lama untuk mencegah Tehran membangun senjata nuklir.
Baca Juga: Harga Minyak Menguat 1,5%, Israel Dikabarkan Bakal Serang Fasilitas Nuklir Iran
Fasilitas nuklir Iran di Natanz mengalami kerusakan, tetapi penyelidikan belum menunjukkan adanya kontaminasi radioaktif atau kimia di luar lokasi.
Analis SEB, Ole Hvalbye mengatakan bahwa kekhawatiran utama adalah apakah perkembangan terbaru akan mempengaruhi Selat Hormuz.
Jalur air utama tersebut sebelumnya berisiko terkena dampak dari meningkatnya ketegangan regional, tetapi sejauh ini belum terpengaruh.
"Tidak ada dampak pada aliran minyak di wilayah tersebut sejauh ini," ujarnya, melansir Reuters, Jumat (13/6).
Sebagai informasi, sekitar seperlima dari total konsumsi minyak dunia melewati selat tersebut, atau sekitar 18 juta hingga 19 juta barel per hari (bpd) minyak, kondensat, dan bahan bakar.
Baca Juga: Iran Peringatkan Israel dan AS terhadap Serangan ke Fasilitas Nuklirnya
Analis Rystad, Janiv Shah melanjutkan, pertanyaan kunci saat ini adalah apakah reli harga minyak ini akan bertahan lebih lama dari akhir pekan atau seminggu.
"Sinyal kami menunjukkan bahwa kemungkinan perang besar-besaran lebih rendah, dan reli harga minyak kemungkinan akan menemui resistensi," sebutnya.
Lanjutnya, fundamental menunjukkan hampir semua ekspor Iran menuju China, jadi pembelian diskon China akan paling berisiko di sini. Di sisi lain, kapasitas cadangan OPEC+ dapat menjadi kekuatan stabilisasi.
Di pasar lain, saham anjlok dan terjadi lonjakan ke aset aman seperti emas dan Franc Swiss.
Analis ICDX, Yoga Tirta melanjutkan bahwa penguatan harga minyak dari meredanya ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China.
Baca Juga: Harga Minyak Melonjak Usai Trump Ancam Kenakan Tarif kepada Pembeli Minyak Venezuela
"Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian menegaskan bahwa China selalu menepati janjinya dan kedua belah pihak perlu mematuhi konsensus yang telah dicapai," tulisnya dalam riset, Jumat (13/6).
Sementara itu, JP Morgan pada hari Kamis merilis proyeksi terbaru pasar minyak dengan mempertahankan perkiraan dasar untuk harga minyak agar tetap berada di kisaran US$ 60-an untuk jangka pendek hingga menengah pada tahun 2025 dan US$ 60 pada tahun 2026.
Namun, dengan skenario terburuk tertentu dapat menyebabkan harga melonjak hingga dua kali lipat dari level tersebut.
Selanjutnya: Ketegangan Iran–Israel Meledak, Investor Panik Borong Emas! Harga Menuju Rekor Baru?
Menarik Dibaca: 5 Cara Mendapatkan Tambahan Modal Usaha yang Aman dan Efektif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News