Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) menetapkan kisaran harga pelaksanaan rights issue. Sukandar, Direktur Utama KRAS mengatakan, kisaran harga pelaksanaan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dalam aksi korporasi itu sebesar Rp 500 hingga Rp 565 per saham.
Perseroan akan menerbitkan sebanyak 3,3 miliar saham hingga 3,74 miliar saham. Rencananya, setiap 250.000 saham lama, berhak atas 52.592 HMETD hingga 59.429 HMETD.
"Setiap satu HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli satu saham baru sesuai harga pelaksanaan," ujar Sukandar, Selasa (4/10).
Harga pelaksanaan itu berada di bawah harga KRAS saat ini sebesar Rp 825 per saham. Dana maksimal yang bisa diraih KRAS dari rights issue tersebut sekitar Rp 2,2 triliun. Tanggal efektif HMETD rencananya dilakukan pada 10 Oktober mendatang.
KRAS mendapatkan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 1,5 triliun melalui aksi rights issue tersebut. Perseroan akan menggunakan 66% dana rights issue untuk memenuhi kebutuhan modal kerja proyek pembangunan hot strip mill 2.
Pabrik senilai US$ 381,8 juta ini diharapkan bisa beroperasi pada semester I-2019. Proyek ini untuk meningkatkan kapasitas produksi penggulungan baja (rolling) dari 2,4 juta ton per tahun menjadi 3,9 juta ton per tahun.
Sementara itu, sebesar 34% dari dana rights issue akan digunakan sebagai ekuitas untuk proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara 1x150 Mega Watt (MW).
PLTU itu ditargetkan bisa beroperasi pada tahun 2019. Nilai investasinya mencapai Rp 2,3 triliun. Perseroan juga akan mengombinasikan sumber pendanaan lain seperti kas internal atau ekuitas guna memenuhi kebutuhan investasi tersebut.
KRAS sudah hampir menuntaskan pabrik blast furnance. Pabrik itu rencananya akan bisa beroperasi di akhir tahun ini. Proyek ini akan menurunkan ongkos bahan baku perseroan, mengurangi kebutuhan listrik dan menyeimbangkan fasilitas produksi upstream dan downstream perseroan.
Manajemen KRAS memperkirakan penghematan biaya dari proyek ini mencapai US$ 58,3 per ton untuk produk Hot Rolled Coil (HRC) atau baja lembaran panas. Dengan kata lain, KRAS bakal berhemat 18% dari total ongkos produksi HRC tahun 2015.
Kucuran dana PMN diproyeksi bisa mendorong kinerja KRAS dalam jangka panjang. Dengan PMN, pada tahun 2020 pendapatan KRAS diperkirakan naik menjadi US$ 3,6 miliar dibandingkan bila tanpa PMN sebesar US$ 2,8 miliar. Sementara itu, laba bersih KRAS juga diperkirakan naik menjadi US$ 459 juta dengan PMN dan US$ 261 juta tanpa PMN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News