Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) siap menggarap proyek pembangkit listrik dengan kapasitas 1 x 150 megawatt (MW) di Cilegon. Maklum, para pemegang saham telah menyetujui rencana rights issue.
Ini merupakan rencana lanjutan pasca permohonan KRAS atas penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp 1,5 triliun disetujui pemerintah. Dana PMN akan cair pada kuartal keempat tahun ini. "Jadi, targetnya kami sudah bisa melakukan tender pada kuartal pertama tahun depan," ujar Direktur Utama KRAS Sukandar, Kamis (25/8).
Pembangkit listrik ini dijadwalkan beroperasi pada tahun 2019 dan membutuhkan investasi total sekitar Rp 2,3 triliun. KRAS akan mengkombinasikan sumber pendanaan lain seperti kas internal atau ekuitas demi memenuhi kebutuhan investasi tersebut.
Setelah tertunda hampir setahun, pada Rabu (24/8) lalu, akhirnya DPR menyetujui kucuran PMN untuk empat BUMN, termasuk KRAS. Tindak lanjut atas hal ini adalah, KRAS akan merilis 4,99 miliar saham Seri B dengan nilai nominal Rp 500 per saham.
Target perolehan dana dari penerbitan saham itu Rp 1,8 triliun. Sebesar Rp 1,5 triliun berasal dari PMN, sementara sisanya Rp 300 miliar merupakan jatah investor publik. PMN tersebut diproyeksikan bisa mengakselerasi kinerja KRAS, tapi untuk jangka panjang.
Dengan PMN, pada 2020 nanti pendapatan KRAS diprediksi naik menjadi US$ 3,65 miliar. Adapun tanpa PMN, pendapatannya sebesar US$ 2,84 miliar. Disokong PMN, laba bersih KRAS juga berpotensi naik menjadi US$ 459 juta. Tanpa PMN, labanya hanya US$ 261 juta.
Demi menggenjot performa jangka panjang, KRAS juga memiliki proyek power plant lain berkapasitas 2x80 MW. Tapi, ini merupakan proyek upgrade atas power plant sebelumnya sehingga dananya tak sebesar power plant 1x50 MW, yakni hanya Rp 1 triliun. Pelaksanaannya juga bisa lebih cepat, yakni tahun 2018 dijadwalkan beroperasi.
"Saat ini sudah proses tender final, tinggal mengumumkan pemenangnya," kata Sukandar. Jika melihat proyeknya, KRAS tengah mengejar efisiensi. Tapi ini efisiensi jangka panjang mengingat power plant yang paling cepat bisa beroperasi pada 2018 nanti.
Untuk efisiensi jangka pendek, perseroan mengandalkan pabrik Blast Furnace berbasis batubara yang ditargetkan beroperasi pada kuartal IV 2016. Pabrik ini akan membuat biaya produksi KRAS turun sekitar US$ 58,4 per ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News