Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah melemah pada perdagangan awal pekan setelah Arab Saudi melakukan pemotongan tajam terhadap harga kontrak minyak mentah untuk kawasan Asia guna menghidupkan kembali kekhawatiran atas prospek permintaan.
Senin (6/9), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman November 2021 turun 0,5% dan ditutup di level US$ 72,22 per barel.
Sementara itu, minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Oktober 2021 terakhir turun 40 sen menjadi US$ 68,89 per barel.
Sentimen bagi harga minyak pada awal pekan ini datang dari pernyataan Saudi Aramco yang memberi tahu pelanggan bahwa mereka akan memotong harga jual resmi atawa official selling prices (OSP) bulan Oktober untuk semua kadar minyak mentah yang dijual ke Asia. Padahal, Asia merupakan wilayah pembelian terbesar Saudi Aramco.
Pemotongan OSP ini, setidaknya US$ 1 per barel. Pemotongan harga ini lebih besar dari yang diharapkan, berdasarkan jajak pendapat Reuters dari penyulingan Asia.
"Ketika raksasa Saudi itu memangkas harga jualnya ke Asia untuk Oktober, menandakan bahwa mereka melihat hubungan penawaran-permintaan yang sedikit bergeser, para pedagang tidak bisa tidak mengikuti jalan itu hari ini," kata Bjornar Tonhaugen, Head of Oil Markets di Rystad Energy.
Saat ini, pasokan minyak global meningkat karena OPEC+, meningkatkan produksi sebesar 400.000 barel per hari (bph) setiap bulan untuk periode Agustus hingga Desember 2021.
Baca Juga: Penurunan berlanjut, harga minyak mentah WTI pada level US$ 68,73 per barel
"Mengingat OPEC+ melanjutkan rencananya untuk meningkatkan produksi bulanan, meskipun data lemah dari China dan Amerika Serikat (AS), meningkatkan kekhawatiran perlambatan dan Arab Saudi mencari pangsa pasar di kawasan itu, minyak kemungkinan akan tetap di bawah tekanan," tambah Jeffrey Halley, Senior Market Analyst for Asia Pacific di OANDA.
Penurunan harga minyak mentah berjangka ini menambah pelemahan yang terjadi pada hari Jumat (3/9), setelah laporan pekerjaan AS yang lebih lemah dari perkiraan menunjukkan pemulihan ekonomi yang tidak merata. Ini juga dapat berarti permintaan bahan bakar yang lebih lambat selama pandemi yang bangkit kembali.
Pelemahan harga sebenarnya masih dibatasi oleh kekhawatiran bahwa pasokan AS akan tetap terbatas setelah Badai Ida yang melanda Negeri Paman Sam di pekan lalu.
Pemerintah AS melepaskan minyak mentah dari cadangan minyak strategis karena produksi di Pantai Teluk AS masih berjuang untuk pulih.
Kemarin, Biro Keselamatan dan Penegakan Lingkungan AS melaporkan, sekitar 1,5 juta barel per hari produksi minyak di Teluk Meksiko masih ditutup akibat Badai Ida. Output gas alam yang sebesar 1,8 miliar kaki kubik per hari juga masih ditutup.
Data Baker Hughes memperlihatkan, Badai Ida juga menyebabkan perusahaan energi AS memangkas jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi untuk pertama kalinya dalam lima minggu. Jumlah rig minyak pekan lalu turun terbesar sejak Juni 2020.
Selanjutnya: China bakal lebih membuka pasar modal untuk investor asing
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News