Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID. Harga minyak mentah dunia cenderung stabil pada perdagangan Senin (30/6), di tengah meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Namun, rencana peningkatan produksi oleh OPEC+ pada Agustus dan ketidakpastian permintaan global membatasi kenaikan harga.
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent untuk kontrak Agustus turun tipis 13 sen (0,2%) menjadi US$67,64 per barel pada pukul 12.17 GMT. Sementara itu, kontrak aktif September turun 5 sen ke level US$66,75.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga turun 13 sen (0,2%) menjadi US$65,39 per barel.
Baca Juga: Harga Minyak Anjlok Dipicu Prospek Pasokan OPEC+ yang Lebih Besar
Meski mencatat penurunan mingguan terbesar sejak Maret 2023 pekan lalu, Brent dan WTI tetap membukukan kenaikan bulanan kedua berturut-turut dengan lonjakan lebih dari 5%.
Sebelumnya, konflik selama 12 hari yang dimulai dengan serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran pada 13 Juni sempat mendorong harga minyak melampaui US$80 per barel. Namun harga kembali turun ke kisaran US$67.
Analis UBS Giovanni Staunovo menyatakan bahwa pasar kini kembali memasuki fase perdagangan dalam rentang terbatas (range-bound), yang kemungkinan akan berlanjut hingga muncul kekhawatiran baru terkait pertumbuhan ekonomi global atau terjadi gangguan pasokan.
Empat sumber OPEC+ menyebutkan kepada Reuters bahwa kelompok produsen tersebut diperkirakan akan menaikkan produksi sebesar 411.000 barel per hari (bph) pada Agustus, menyusul peningkatan serupa pada Mei, Juni, dan Juli.
“Saya melihat potensi tekanan suplai ini masih belum sepenuhnya tercermin dalam harga, sehingga minyak mentah tetap rentan terhadap pelemahan lebih lanjut,” kata Ole Hansen, Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank.
Ia menambahkan, “Kita akan segera memasuki musim bahu permintaan (shoulder season), saat kenaikan produksi OPEC+ akan menjadi lebih nyata dan sulit diabaikan.”
Baca Juga: Harga Minyak Anjlok 1% di Pagi Ini (30/6), Brent US$ 67,1 dan WTI ke US$ 64,58
Rapat berikutnya OPEC+ dijadwalkan berlangsung pada 6 Juli.
Meski produksi meningkat, sebagian analis menilai pasar masih menunjukkan keketatan karena kenaikan output tidak setinggi perkiraan dan ekspor dari negara-negara OPEC+ relatif stabil.
Survei Reuters menemukan bahwa produksi OPEC meningkat pada Mei, tetapi kenaikannya terbatas karena sejumlah negara anggota melakukan pemangkasan setelah sebelumnya melebihi kuota.
Sementara Arab Saudi dan Uni Emirat Arab justru menambah produksi di bawah batas yang diperbolehkan.
Baca Juga: Harga Minyak Stabil Setelah OPEC+ Laporkan Rencana Kenaikan Produksi
Namun, tekanan negatif tetap ada karena kekhawatiran permintaan minyak global yang melemah, terutama dari China sebagai importir minyak terbesar dunia.
“Ketidakpastian atas pertumbuhan ekonomi global masih menjadi faktor pembatas harga,” ujar Priyanka Sachdeva, Analis Pasar Senior di Phillip Nova.
Selanjutnya: Sebulan Harga Emas Antam Minus 1,05 Persen, Hari Ini Tergerus Tipis (30 Juni 2025)
Menarik Dibaca: Tiket Diskon KAI Terjual 1,89 Juta Kursi, Ini KA dengan Tarif di Bawah Rp 100 Ribu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News