kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.968.000   8.000   0,41%
  • USD/IDR 16.296   -38,00   -0,23%
  • IDX 7.118   -48,47   -0,68%
  • KOMPAS100 1.035   -9,01   -0,86%
  • LQ45 795   -6,82   -0,85%
  • ISSI 230   -1,51   -0,65%
  • IDX30 414   -1,63   -0,39%
  • IDXHIDIV20 485   -0,53   -0,11%
  • IDX80 116   -0,98   -0,84%
  • IDXV30 119   0,20   0,16%
  • IDXQ30 133   -0,23   -0,17%

Harga Minyak Dunia Kian Panas, Sampai Sejauh Mana?


Senin, 16 Juni 2025 / 11:05 WIB
Harga Minyak Dunia Kian Panas, Sampai Sejauh Mana?
ILUSTRASI. REUTERS/Pascal Rossignol. Lonjakan harga minyak terjadi seiring meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah setelah serangan udara Israel dan Iran semakin meluas.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) kembali mencatatkan kenaikan pada awal pekan ini, memperpanjang reli tajam yang terjadi sejak Jumat lalu. Lonjakan harga terjadi seiring meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah setelah serangan udara antara Israel dan Iran semakin meluas.

Berdasarkan Trading Economics, harga minyak WTI tercatat naik 0,91% ke US$ 73,64 per barel dalam 24 jam terakhir per Senin (16/6) pukul 10.49 WIB. Kenaikan ini menambah akumulasi penguatan 12,73% dalam sepekan.

Analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha menilai bahwa kondisi teknikal saat ini menunjukkan kecenderungan yang kuat terhadap tren bullish. Sinyal teknikal ini diperkuat oleh volume transaksi opsi beli (call options) minyak senilai US$ 80 yang mencapai level tertinggi sejak Januari 2025, menunjukkan ekspektasi kuat dari para pelaku pasar bahwa harga minyak masih akan terus naik.

"Ini merupakan indikator bahwa banyak trader yang memperkirakan adanya potensi gangguan pasokan dari kawasan Timur Tengah," ujarnya dalam riset Senin (16/6).

Baca Juga: Harga Minyak Naik, Ketegangan Israel-Iran Picu Kekhawatiran Gangguan Pasokan

Ia juga menambahkan bahwa jika tekanan bullish berlanjut, harga WTI berpotensi menguji area resistance di level US$ 77 per barel dalam waktu dekat.

Dari sentimen, faktor geopolitik menjadi pendorong utama dalam reli harga minyak saat ini. Serangan balasan antara Israel dan Iran pada akhir pekan mengakibatkan korban sipil serta meningkatnya kekhawatiran akan konflik berskala lebih besar di kawasan.

Ketegangan ini mengarah pada risiko gangguan distribusi minyak, terutama di Selat Hormuz, jalur pelayaran strategis yang dilewati sekitar 20% dari konsumsi minyak global. Maklum, Iran merupakan produsen utama OPEC dengan produksi sekitar 3,3 juta barel per hari dan ekspor lebih dari 2 juta barel.

Serangan terhadap infrastruktur energi Iran atau potensi blokade Selat Hormuz akan sangat mengganggu suplai global. Meskipun OPEC dan sekutunya memiliki kapasitas cadangan untuk menutup kekurangan tersebut, pasar tetap merespons dengan kekhawatiran tinggi terhadap ketidakpastian pasokan.

Namun, Andy juga mengingatkan adanya potensi koreksi harga jika pasar mulai merespons secara berlebihan. "Jika harga gagal mempertahankan tren naiknya dan terjadi tekanan jual, maka WTI berpotensi terkoreksi menuju support terdekat di level US$ 71," jelasnya.

Sentimen lainnya dipengaruhi oleh dinamika politik global. Pernyataan Trump yang menyarankan perlunya ‘pertarungan’ sebelum gencatan senjata tercapai menambah kompleksitas situasi. Dalam kondisi seperti ini, volatilitas harga minyak diprediksi akan tetap tinggi.

Baca Juga: Energi Mega Persada (ENRG) Menyiapkan Strategi Saat Harga Minyak Terus Mendaki

Selanjutnya: Punya Potensi Besar, LPEI Dorong Ekspor Air dan Minuman Tanpa Alkohol

Menarik Dibaca: Lakukan 4 Kegiatan Ini Agar Bisa Keluar dari Zona Nyaman yang Menjebak

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×