Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah dunia menguat sekitar 1% pada perdagangan Rabu (21/5), didorong oleh kekhawatiran potensi gangguan pasokan dari Timur Tengah.
Kenaikan harga terjadi setelah laporan intelijen menyebutkan kemungkinan Israel akan menyerang fasilitas nuklir Iran.
Melansir Reuters, harga minyak Brent naik 67 sen atau 1% menjadi US$ 66,05 per barel pada pukul 13.10 GMT. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) melonjak 71 sen atau 1,1% ke level US$ 62,74 per barel.
Baca Juga: Ada Ketegangan Geopolitik di Timur Tengah, Harga Minyak Bisa Sentuh US$ 70 Per Barel
CNN pada Selasa (20/5) melaporkan, mengutip beberapa pejabat AS, bahwa intelijen Amerika Serikat (AS) mendeteksi Israel tengah bersiap melakukan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran.
Meski belum ada keputusan final dari pemimpin Israel, laporan tersebut memicu kekhawatiran akan terganggunya pasokan minyak global.
"Jika eskalasi ini terjadi, bukan hanya pasokan dari Iran yang berisiko, tapi juga dari wilayah yang lebih luas di kawasan tersebut," tulis analis komoditas ING dalam risetnya.
Iran diketahui mengekspor lebih dari 1,5 juta barel per hari (bph) dan menjadi produsen terbesar ketiga di antara anggota OPEC.
Potensi serangan militer dapat mengganggu arus ekspor negara tersebut dan memicu lonjakan harga.
Baca Juga: Harga Minyak Menguat 1,5%, Israel Dikabarkan Bakal Serang Fasilitas Nuklir Iran
Analis UBS, Giovanni Staunovo, menyebut kekhawatiran gangguan pasokan dari Iran menjadi salah satu faktor utama yang mendorong harga minyak naik.
Selain itu, pasar juga mencemaskan potensi aksi balasan Iran yang dapat mengganggu arus kapal tanker minyak di Selat Hormuz, jalur vital ekspor minyak mentah dan produk BBM dari negara-negara seperti Arab Saudi, Kuwait, Irak, dan Uni Emirat Arab.
"Jika ketegangan meningkat, bisa terjadi gangguan pasokan sekitar 500.000 barel per hari. Namun hal ini kemungkinan dapat segera diimbangi oleh OPEC+," ujar analis Rystad Energy, Priya Walia.
Sementara itu, ketegangan geopolitik terus berlangsung di tengah negosiasi yang belum menemui titik terang antara AS dan Iran terkait program nuklir.
Meskipun telah dilakukan beberapa putaran pembicaraan tahun ini, pernyataan dari pejabat AS dan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pada Selasa menunjukkan kedua pihak masih jauh dari kesepakatan.
Baca Juga: Harga Minyak Dibayangi Sentimen Negatif, Intip Prospeknya untuk Tahun 2025 dan 2026
Di sisi lain, data pasokan AS memberikan sinyal campuran. Persediaan minyak mentah AS dilaporkan meningkat pekan lalu, sementara stok bensin dan distilat menurun, menurut sumber pasar yang mengutip data American Petroleum Institute (API) pada Selasa.
Pelaku pasar kini menanti data resmi dari Energy Information Administration (EIA) yang dijadwalkan dirilis Rabu waktu setempat untuk melihat arah pergerakan harga selanjutnya.
Dari sisi pasokan global, produksi minyak Kazakhstan dilaporkan meningkat 2% sepanjang Mei, menurut sumber industri. Peningkatan ini terjadi meskipun ada tekanan dari OPEC+ untuk menahan laju produksi.
Selanjutnya: APSENDO Peringatkan Bahaya Penghapusan Impor Ethanol Tanpa Seleksi
Menarik Dibaca: Kasus Covid-19 Meningkat di Beberapa Negara Asia, Kemenkes Imbau Masyarakat Waspada
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News