Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak naik tipis pada Rabu (15/1) karena pasar berfokus pada potensi gangguan pasokan akibat sanksi terhadap tanker Rusia.
Namun, kenaikan ini terbatas karena belum jelas seberapa besar dampak sanksi tersebut.
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik 16 sen, atau 0,2%, menjadi US$80,08 per barel pada pukul 12.50 GMT.
Sedangkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 26 sen, atau 0,34%, menjadi US$77,76 per barel.
Baca Juga: Ada Konflik Timur Tengah, Airlangga Pastikan Harga BBM Belum Akan Naik
Badan Energi Internasional (IEA) dalam laporan pasar minyak bulanan menyebutkan bahwa sanksi terbaru AS terhadap minyak Rusia dapat mengganggu pasokan dan distribusi minyak Rusia secara signifikan.
Namun, IEA menambahkan bahwa "dampak penuh pada pasar minyak dan akses terhadap pasokan Rusia masih belum pasti."
“Kekhawatiran baru terkait sanksi tampaknya mendukung harga, bersama dengan prospek penurunan stok minyak mingguan di AS,” kata Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank.
"Tanker yang membawa minyak mentah Rusia tampaknya kesulitan membongkar muatan mereka di berbagai belahan dunia, yang berpotensi menyebabkan keketatan pasokan jangka pendek," tambahnya.
Baca Juga: Harga Minyak Naik pada Rabu (15/1), Ketidakpastian Dampak Sanksi Membatasi Kenaikan
Menurut Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar dari IG, pertanyaan utama yang muncul adalah seberapa besar pasokan minyak Rusia yang hilang dari pasar global dan apakah langkah alternatif dapat mengimbangi kekurangan tersebut.
Sementara itu, OPEC memperkirakan permintaan minyak global akan meningkat sebesar 1,43 juta barel per hari (bpd) pada tahun 2026, mempertahankan tingkat pertumbuhan yang serupa dengan tahun 2025.
Proyeksi tersebut sejalan dengan pandangan OPEC bahwa permintaan minyak akan terus meningkat selama dua dekade mendatang.
Hal ini berbeda dengan IEA, yang memperkirakan permintaan akan mencapai puncaknya dalam dekade ini seiring peralihan dunia menuju energi yang lebih bersih.
Pasar juga mendapatkan dukungan dari laporan penurunan stok minyak mentah AS pekan lalu, menurut sumber dari American Petroleum Institute (API) pada Selasa.
Stok minyak mentah turun 2,6 juta barel, sementara persediaan bensin naik 5,4 juta barel dan distilat meningkat 4,88 juta barel, menurut API.
Baca Juga: Ini Rekomendasi Saham Migas Pilihan di Tengah Harga Minyak yang Memanas di Awal 2025
Survei Reuters menunjukkan para analis memperkirakan stok minyak mentah AS turun sekitar 1 juta barel pada pekan yang berakhir 10 Januari.
Data resmi dari Administrasi Informasi Energi (EIA) akan dirilis pukul 10:30 pagi EST (15:30 GMT).
Pada Selasa, EIA memangkas proyeksi permintaan global tahun 2025 menjadi 104,1 juta barel per hari (bpd) dan memperkirakan pasokan minyak dan bahan bakar cair akan mencapai rata-rata 104,4 juta bpd.
EIA juga memprediksi harga rata-rata Brent akan turun 8% menjadi $74 per barel pada tahun 2025 dan lebih rendah lagi menjadi US$66 pada tahun 2026. Sementara WTI diperkirakan rata-rata US$70 pada 2025 dan turun menjadi US$62 pada 2026.
Selanjutnya: Mau Jadi Karyawan Pegadaian? Simak Lowongan Kerja Berikut Ini
Menarik Dibaca: Lavalen Medica dan Prof. Xanya Sofra Hadirkan Teknologi Infinity Gym
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News