kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak dunia mulai melambung, simak saham emiten minyak rekomendasi analis


Minggu, 20 Desember 2020 / 14:47 WIB
Harga minyak dunia mulai melambung, simak saham emiten minyak rekomendasi analis
ILUSTRASI. AKR Corporindo Foto:Dok.AKR Corporindo


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Harga minyak dunia kembali mengalami kenaikan dalam beberapa hari terakhir. Merujuk Bloomberg, harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak pengiriman Januari berada di level US$ 49,10 pada Jumat (18/12). Level ini merupakan yang tertinggi dalam sembilan bulan terakhir.

Secara umum, pergerakan saham-saham emiten perminyakan dan penunjangnya dalam satu bulan terakhir telah berhasil mengalami pertumbuhan dobel digit.

Analis Jasa Utama Capital Chris Apriliony mengungkapkan, pergerakan saham-saham emiten perminyakan memang berbanding lurus dengan harga minyak dunia.

“Dengan kenaikan harga minyak beberapa waktu terakhir pada akhirnya juga meningkatkan kinerja saham-saham di sektor perminyakan. Bahkan, tren positif emiten perminyakan ini akan berlanjut seiring dengan penguatan harga minyak yang diprediksi masih akan berlanjut di tahun 2021 seiring dengan perbaikan ekonomi,” kata Chris kepada Kontan.co.id, Jumat (18/12).

Baca Juga: Tren bullish IHSG masih berlanjut, ini rekomendasi saham hari ini (17/12)

Senada, analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai, perbaikan harga minyak akan menjadi katalis positif bagi kinerja emiten sektor perminyakan.

Terlebih lagi, pada tahun depan perkembangan vaksin Covid-19 akan memasuki tahap distribusi secara luas. Di sisi lain, penanganan juga dinilai akan lebih baik. Dua hal ini disebut Sukarno akan meningkatkan kembali aktivitas ekonomi.

Apalagi, pada tahun depan gelontoran stimulus bank sentral masih akan berlanjut sehingga membuat dolar Amerika Serikat (AS) masih berada dalam tekanan. Dengan melemahnya dolar AS, minyak dunia pun akan diuntungkan oleh kondisi tersebut.

Baca Juga: IHSG diramal lanjut menguat, cermati rekomendasi saham untuk Kamis (17/12)

“Secara Average Selling Price (ASP), (minyak dunia) akan lebih pada tahun depan seiring pabrik-pabrik yang mulai beroperasi, transportasi darat maupun udara yang kembali aktif akan memicu kenaikan permintaan. Hanya saja, kenaikan permintaan patut diperhatikan karena berpotensi meningkatkan pasokan secara berlebih yang berujung kembali menekan harga minyak,” tambah Sukarno.

Sementara untuk sentimen negatif yang mungkin membayangi adalah soal efektivitas vaksin Covid-19. Jika ternyata vaksin tidak teruji efektif maupun tidak berhasil mempercepat aktivitas ekonomi, hal ini berpotensi menahan laju penguatan harga minyak dunia.

Dari beberapa emiten sektor perminyakan, Sukarno mengaku menjagokan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA). Menurut Sukarno, keunggulan AKRA dibanding yang lain adalah punya banyak diversifikasi bisnis. Hal ini membuat AKRA tidak terlalu bergantung terhadap harga minyak sehingga dari sisi pendapatan pun akan cenderung lebih stabil.

Dari sisi fundamental, hal ini terlihat dari kemampuan AKRA yang masih membukukan pertumbuhan laba walaupun pendapatan menurun. Dari rasio EBITDA, AKRA  juga mengalami peningkatan kembali, yang sebelumnya terjadi penurunan margin EBITDA sejak 2017.

Baca Juga: IHSG berpeluang menguat, cermati rekomendasi saham untuk perdagangan hari ini (16/12)

“Efisiensi yang dilakukan pun membuat rasio profit AKRA kembali meningkat. Kumulatif 9M20 rasio GPM menjadi 10.63% dari 8.50%, EBITDA margin menjadi 8.57% dari 6.33%, OPM menjadi 6.76% dari 4.75%, lalu NPM pun menjadi 4.8% dari 3.74%. Ditambah secara valuasi tergolong masih undervalue karena dilihat dari average 5Y baik itu PE, EV/Ebitda dan PBV kondisi saat ini di bawah rata-rata dan masih di standar deviasi -1,” ungkap Sukarno.

Sukarno menambahkan, alasannya menjagokan AKRA dikenakan aspek kepemilikan di publik. Ia membandingkan AKRA dengan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG).

ENRG secara kinerja memang bagus serta punya valuasi sangat murah. Hanya saja, kepemilikan di publiknya sudah di atas 60% jadi potensi kenaikan tidak akan maksimal meskipun valuasinya super diskon. Berbeda dengan AKRA, di mana kepemilikan publik masih di 38%.

Sementara analis Valbury Sekuritas Indonesia Budi Rustanto dalam risetnya 2 November menuliskan, salah satu yang menjadi katalis positif untuk AKRA adalah proyeksi profitabilitas AKRA yang bisa meningkat setelah bekerjasama dengan British Petroleum (BP) untuk memperkuat pasar bahan bakar ritel.

Baca Juga: BEI luncurkan indeks ESG Leaders, ini daftar sahamnya

Selain itu, dari sisi segmen kimia, AKRA punya prospek yang cerah pada tahun-tahun berikutnya seiring rencana AKRA untuk memperluas cakupan pasar dengan memasok ke pabrik smelter dan program biodiesel. Apalagi, AKRA dan Petronas sepakat membentuk joint venture untuk mendistribusikan produk kimia yang memanfaatkan infrastruktur AKRA dengan produk utama metanol.

“Dari bisnis lahan industri, lahan industri milik AKRA yaitu Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) diproyeksikan akan terjual hingga 20 hektar di tahun ini. Hingga September penjualan lahan industri capai 17 hektare. Dengan disahkannya omnibus law, iklim investasi akan semakin ramai dan gelombang relokasi pabrik ke kawasan Asia Tenggara akan semakin mencerahkan prospek kawasan industri," kata Budi.

Baca Juga: Beleid klasifikasi nilai proyek untungkan swasta, simak rekomendasi saham konstruksi

Sementara Chris melihat, baik PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dan PT Elnusa Tbk (ELSA) sama-sama menjadi emiten sektor perminyakan yang cukup menarik untuk saat ini. Untuk MEDC, Chris menyebut hasil rights issue yang digunakan untuk percepatan pembayaran hutang seharusnya memberikan efek positif pada laba bersih MEDC ke depannya. Apalagi, efisiensi yang dilakukan MEDC dapat kembali membuat pendapatan MEDC menguat

“Adapun untuk ELSA, dengan akan diambilnya blok Rokan pada tahun depan, lalu rencana ELSA menggunakan metode Enhanced Oil Recovery (EOR) diharapkan dapat memberikan efisiensi terhadap kinerja sehingga memberikan hasil positif bagi ELSA,” pungkas Chris.

Selanjutnya: Harga minyak melanjutkan rally, didukung sentimen stimulus AS dan vaksin Covid-19

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×