kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.914.000   -10.000   -0,52%
  • USD/IDR 16.298   30,00   0,18%
  • IDX 7.096   -1,24   -0,02%
  • KOMPAS100 1.020   -5,39   -0,53%
  • LQ45 775   -2,57   -0,33%
  • ISSI 232   -1,58   -0,68%
  • IDX30 399   -1,83   -0,46%
  • IDXHIDIV20 460   -1,18   -0,26%
  • IDX80 114   -0,55   -0,48%
  • IDXV30 116   -0,80   -0,69%
  • IDXQ30 128   -0,39   -0,31%

Harga Minyak Dunia Jatuh Senin (14/7), Cermati Ultimatum Trump ke Rusia Soal Sanksi


Selasa, 15 Juli 2025 / 05:32 WIB
Harga Minyak Dunia Jatuh Senin (14/7), Cermati Ultimatum Trump ke Rusia Soal Sanksi
ILUSTRASI. Harga minyak dunia ditutup turun lebih dari US$1 per barel pada perdagangan Senin (14/7), setelah investor mencermati ancaman baru Presiden AS Donald Trump terkait sanksi terhadap negara-negara pembeli minyak Rusia. REUTERS/Angus Mordant/File Photo


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID. Harga minyak dunia ditutup turun lebih dari US$1 per barel pada perdagangan Senin (14/7), setelah investor mencermati ancaman baru Presiden AS Donald Trump terkait sanksi terhadap negara-negara pembeli minyak Rusia, serta kekhawatiran berkelanjutan terhadap tarif perdagangan AS.

Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent ditutup melemah US$1,15 atau 1,63% menjadi US$69,21 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun US$1,47 atau 2,15% ke US$66,98 per barel.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Bergerak Volatil, Begini Dampaknya Bagi Emiten Petrokimia

Penurunan ini terjadi setelah Presiden Trump mengumumkan pengiriman senjata tambahan ke Ukraina serta memberi tenggat waktu 50 hari kepada Rusia untuk mencapai kesepakatan damai, atau AS akan menjatuhkan sanksi baru kepada negara-negara yang membeli ekspor energi dari Moskow.

Harga minyak sempat menguat di awal sesi karena pasar memperkirakan sanksi AS akan lebih keras. Namun, harga kembali turun karena pelaku pasar meragukan apakah sanksi tersebut benar-benar akan segera diberlakukan.

“Pasar menilai ini sebagai sentimen negatif karena masih ada cukup banyak waktu untuk negosiasi,” ujar Phil Flynn, analis senior Price Futures Group.

“Ketakutan akan sanksi langsung terhadap minyak Rusia ternyata tidak secepat yang dibayangkan pasar di pagi hari.”

China dan India masih menjadi tujuan utama ekspor minyak mentah Rusia.

Bob Yawger, Direktur Energi Berjangka di Mizuho, menilai kemungkinan AS mengenakan tarif 100% terhadap China sangat kecil.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Punya Katalis Pendorong, Sejauh Mana Ketahanannya?

“Jika itu terjadi, inflasi akan melonjak tinggi sekali,” tegasnya.

Pekan lalu, Trump mengatakan akan membuat "pernyataan besar" soal Rusia pada Senin ini, di tengah rasa frustrasinya terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin yang dinilai lamban dalam mengakhiri perang di Ukraina.

Data menunjukkan bahwa ekspor produk minyak Rusia melalui laut pada Juni 2025 turun 3,4% dibandingkan Mei menjadi 8,98 juta ton metrik, menurut sumber industri dan perhitungan Reuters.

Sementara itu, rancangan undang-undang bipartisan di AS untuk memperketat sanksi terhadap Rusia semakin mendapatkan dukungan di Kongres.

Di Eropa, Uni Eropa hampir menyepakati paket sanksi ke-18 yang mencakup penurunan batas harga minyak Rusia.

Pasar juga mencermati perkembangan negosiasi tarif antara AS dengan mitra dagang utama. Uni Eropa dan Korea Selatan menyatakan bahwa mereka tengah mengupayakan kesepakatan perdagangan untuk meredam dampak dari rencana tarif AS yang akan berlaku mulai 1 Agustus.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Lebih dari 2%, Investor Menimbang Prospek Pasar dan Tarif AS

Namun, negara-negara anggota UE mengecam keras ancaman tarif tersebut. “Ancaman tarif dari Trump tidak bisa diterima,” tegas Menteri Luar Negeri Denmark Lars Lokke Rasmussen dalam konferensi pers bersama Komisioner Perdagangan UE Maros Sefcovic di Brussels.

Dari sisi positif, data bea cukai China menunjukkan bahwa impor minyak mentah China pada Juni naik 7,4% secara tahunan menjadi 12,14 juta barel per hari, level tertinggi sejak Agustus 2023.

Giovanni Staunovo, analis UBS, menyebut pasar masih melihat adanya keketatan pasokan.

“Sebagian besar penumpukan stok terjadi di China dan di kapal-kapal, bukan di titik distribusi utama,” jelasnya.

Laporan Badan Energi Internasional (IEA) pekan lalu menunjukkan bahwa pasar minyak global mungkin terlihat lebih ketat dalam jangka pendek.

Namun, IEA juga menaikkan proyeksi pertumbuhan pasokan tahun ini, sambil menurunkan estimasi pertumbuhan permintaan, yang berarti pasar kemungkinan akan mengalami surplus pasokan dalam beberapa bulan ke depan.

Selanjutnya: Ucapan Ulang Tahun & Cara Membuat e-KTP Jika Hari Ini (15/7) Umur 17 Tahun

Menarik Dibaca: Ini Profesi dan Keterampilan Masa Depan yang Akan Sangat Dibutuhkan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×