kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.924.000   5.000   0,26%
  • USD/IDR 16.270   34,00   0,21%
  • IDX 7.097   49,71   0,71%
  • KOMPAS100 1.026   -3,02   -0,29%
  • LQ45 777   -8,81   -1,12%
  • ISSI 234   3,28   1,42%
  • IDX30 401   -4,82   -1,19%
  • IDXHIDIV20 462   -8,51   -1,81%
  • IDX80 115   -0,50   -0,43%
  • IDXV30 117   -0,60   -0,51%
  • IDXQ30 129   -2,45   -1,87%

Harga Minyak Dunia Bergerak Volatil, Begini Dampaknya Bagi Emiten Petrokimia


Senin, 14 Juli 2025 / 19:14 WIB
Harga Minyak Dunia Bergerak Volatil, Begini Dampaknya Bagi Emiten Petrokimia
ILUSTRASI. Pergerakan harga minyak mentah dunia yang sangat fluktuaktif patut menjadi perhatian serius bagi emiten produsen petrokimia. Terlebih lagi, proses pembuatan produk-produk petrokimia sangat bergantung pada minyak bumi. REUTERS/Edgar Su


Reporter: Dimas Andi | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan harga minyak mentah dunia yang sangat fluktuaktif patut menjadi perhatian serius bagi emiten produsen petrokimia. Terlebih lagi, proses pembuatan produk-produk petrokimia sangat bergantung pada minyak bumi.

Mengutip Trading Economics, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) terpantau berada di level US$ 69,56 per barel pada Senin (14/7) pukul 17.35 WIB atau naik 1,62% dibandingkan perdagangan sebelumnya. Harga minyak mentah Brent juga mengalami penguatan 1,47% menjadi US$ 71,40 per barel.

Dalam beberapa waktu terakhir, harga minyak dunia memang bergerak sangat volatil. Pada 20 Juni lalu misalnya, harga minyak WTI sempat menembus level US$ 73,84 per barel seiring dengan memanasnya konflik bersenjata yang melibatkan Iran dan Israel. Berselang 4 hari kemudian, atau 24 Juni, harga minyak WTI ambles ke level US$ 64,37 per barel yang bertepatan dengan gencatan senjata Iran-Israel.

Belakangan ini harga minyak dunia kembali menanjak seiring pemberian sanksi terbaru dari Amerika Serikat (AS) kepada Rusia.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Punya Katalis Pendorong, Sejauh Mana Ketahanannya?

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menyamaikan, pergerakan harga minyak dunia yang begitu dinamis membuat emiten petrokimia harus berhati-hati dalam melakukan perencanaan produksi. Sebab, sektor ini sangat sensitif dengan pergerakan harga minyak dunia.

“Kalau terjadi tren kenaikan harga minyak, berarti ini akan menekan margin laba emiten petrokimia lantaran minyak bumi adalah bahan baku petrokomia dan produk turunannya,” ujar dia, Senin (14/7).

Di sisi lain, Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi mengatakan, jika fluktuasi harga minyak dunia hanya berlangsung dalam jangka pendek, maka dampaknya bagi kelangsungan usaha emiten petrokimia relatif minim.

Pasalnya, pihak emiten sudah biasa membeli minyak dengan sistem kontrak yang memiliki acuan rata-rata harga spot.

“Tapi, kalau harga minyak konsisten naik, itu baru mempengaruhi COGS (Cost of Goods Sold) mereka,” kata dia, Minggu (14/7). 

Dalam kondisi seperti ini, penting bagi tiap emiten petrokimia untuk memperkuat strategi efisiensi di segala lini operasi. Di samping itu, upaya lindung nilai atau hedging juga bisa dilakukan oleh emiten petrokimia untuk mengantisipasi efek volatilitas harga minyak dunia dalam jangka pendek.

Untuk jangka panjang, emiten-emiten petrokimia perlu segera melakukan diversifikasi bisnis ke sektor yang tidak dipengaruhi oleh sentimen pergerakan harga komoditas energi seperti minyak bumi.

Baca Juga: Ini Dampak Konflik Iran-Israel di Industri Elektronik, Komponen Otomotif & Petrokimia

Wafi menyebut, prospek kinerja emiten di sektor petrokimia pada semester II-2025 dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dari dalam negeri, perkembangan permintaan dari sektor Fast Moving Consumer Good (FMCG). Sektor ini membutuhkan banyak produk kemasan plastik yang notabene merupakan salah satu produk hilir petrokimia.

Untuk faktor global, terdapat risiko kelebihan pasokan produk olahan petrokimia yang berpotensi mengganggu rantai pasok industri tersebut secara keseluruhan.

Terkait saham-saham petrokimia, Wafi menjagokan duo emiten milik Prajogo Pangestu yaitu PT Chandra Asri Pasific Tbk (TPIA) dan PT Barito Pasific Tbk (BRPT). TPIA dipandang sebagai produsen petrokimia yang paling terintegrasi fasilitasnya. Mereka juga begitu aktif melakukan diversifikasi bisnis, sehingga produk yang dihasilkan cukup banyak.

“BRPT menarik karena induk dari TPIA, tapi memiliki posisi utang yang besar,” tutur dia.

Dia pun menyebut saham TPIA dan BRPT dapat dikoleksi investor, namun tetap harus waspada lantaran kedua saham ini valuasinya sudah cukup mahal. Alhasil, ada kemungkinan harga saham TPIA dan BRPT mengalami penurunan dalam beberapa waktu mendatang dengan perkiraaan masing-masing di level Rp 8.900 per saham dan Rp 1.200 per saham.

Sementara itu, Nafan memilih menyarankan investor untuk wait and see terhadap saham TPIA dan BRPT yang sudah naik signifikan. Investor yang sudah memiliki saham kedua emiten ini pun bisa mulai merealisasikan keuntungannya.

Selanjutnya: Jasa Marga (JSMR) Gencar Beri Suntikan Modal, Simak Prospek dan Rekomendasi Sahamnya

Menarik Dibaca: 7 Penyebab Kulit Wajah Kasar, Bukan Hanya Kulit Kering!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×