Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi
Di sisi lain, meski harga batubara diprediksi masih akan tertekan pada tahun ini, para produsen batubara akan tetap menggenjot produksinya.
Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) menebar dividen US$ 250 juta, ini jadwalnya
Head of Corporate Communication ADRO Febrianti Nadira mengatakan, panduan produksi batubara Adaro Energy masih sebesar 54 juta ton-58 juta ton dengan EBITDA operasional US$ 900 juta - US$ 1,2 miliar pada 2020.
Asal tahu saja, rencana produksi tersebut sedikit melampaui target produksi 2019 yang sebesar 54 juta ton-56 juta ton. Febriati menyadari bahwa pasar batubara sangat dipengaruhi oleh banyak faktor.
"Oleh karena itu, Adaro berupaya mempertahankan kinerja yang solid melalui model bisnis terintegrasi, peningkatan keunggulan operasional, pengendalian biaya dan efisiensi, serta eksekusi strategi demi kelangsungan bisnis," tutur dia.
Sekretaris Perusahaan PTBA Hadis Surya Palapa juga menyampaikan bahwa target produksi Bukit Asam masih sesuai rencana awal, yakni 30,3 juta ton pada 2020. "Walaupun begitu, kemungkinan pengurangan tetap ada. Untuk harga jual, PTBA berharap akan terjadi perbaikan pada kuartal mendatang," ucap Hadis.
Terkait dengan sahamnya, Meilki merekomendasikan investor untuk buy ADRO dengan target harga jangka panjang Rp 1.700 per saham dan PTBA dengan target harga Rp 2.800 per saham. Menurut dia, volume penjualan PTBA tidak akan turun drastis karena lebih mengandalkan konsumsi dalam negeri meski potensi penurunan pendapatan tetap ada.
Selain itu, PTBA juga mulai melakukan diversifikasi usaha sehingga Meilki melihat, prospek bisnis emiten ini akan bagus untuk jangka panjang.
Sebagai informasi, dalam sebulan terakhir hingga perdagangan Jumat (29/5), harga saham PTBA tumbuh 5,14% menjadi Rp 1.945 per saham, ADRO melesat 25,71% ke Rp 1.100 per saham, dan ITMG meningkat 17,39% ke Rp 8.100 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News