Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Wijaya Karya (Wika) Beton menetapkan harga penawaran saham perdana (IPO) di kisaran Rp 470 per saham hingga Rp 630 per saham. Maka, dari 2,04 miliar saham IPO yang akan diterbitkan, anak usaha PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) ini akan meraup dana sekitar Rp 961,15 miilar sampai Rp 1,28 triliun.
Dadang Suryanto, Direktur Head of Investment Banking PT Mandiri Sekuritas mengatakan, harga itu mencerminkan price to earning (PE) ratio 14x-18,5x dari perkiraan laba 2014. Wika Beton menggunakan laporan keuangan September 2013 sebagai dasar valuasi.
Wilfred A Singkali, Presiden Direktur Wika Beton mengatakan, hingga akhir tahun 2013, laba bersih anak BUMN ini sekitar Rp 241 miliar. Sedangkan pendapatan sebesar Rp 2,64 triliun. Berarti, margin laba bersih perseroan mencapai 9,1%.
"Tahun ini, pendapatan diproyeksikan sekitar Rp 3,3 triliun, margin (laba bersih) kami pertahankan di level 9,1%," ujarnya, Selasa (4/3).
Dengan demikian, tahun ini laba bersih Wika Beton ada di kisaran Rp 300 miliar. Meningkatnya peforma lantaran perseroan akan melakukan penambahan kapasitas produksi beton pra cetak. Tahun ini, targetnya, volume produksi bisa bertambah 300.000 ton. Maka, produksi tahun ini akan menjadi 2,3 juta ton.
Dana dari IPO inilah yang akan dipakai untuk peningkatan kapasitas produksi perseroan. Sekitar 85% dana IPO akan digunakan untuk ekspansi usaha. Sisanya, sebagai tambahan modal kerja.
Perincian alokasi dana untuk ekspansi yaitu, sekitar 39,5% akan digunakan untuk membangun sejumlah pabrik baru. Lokasinya antara lain di Lampung Selatan, Pasuruan, dan Kalimantan Timur.
Kemudian, 19,5% dana IPO akan digunakan untuk menambah kapasitas pabrik yang sudah ada dan cetakan produk. Pabrik-pabrik itu berlokasi di Sumatera Utara, Lampung, Bogor, Karawang, Majalengka, Boyolali, dan Sulawesi Selatan.
Sekitar 19,4% dialokasikan untuk pembelian alat pancang inner boring dan penambahan alat post tensioning. Selanjutnya, sekitar 18,5% akan digunakan untuk pengolahan quarry material alam di Cigudeg, Donggala, Boyolali, dan Lampung Selatan. Dan sisanya, 3,2% akan dipakai untuk pembentukan unit perbengkelan (mould maker).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News