kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Memilih saham calon penghuni baru bursa


Selasa, 04 Maret 2014 / 06:37 WIB
Memilih saham calon penghuni baru bursa
ILUSTRASI. Analis menilai, tingginya permintaan hingga penurunan harga komoditas menopang kinerja PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Beberapa perusahaan akan mulai menawarkan saham perdana alias initial public offering (IPO), dalam waktu dekat ini.  Beberapa calon emiten pun telah menyampaikan prospektus IPO ke publik.

Mereka adalah PT Intermedia Capital (IMC), pemilik stasiun televisi ANTV yang juga anak usaha PT Visi Media Asia Tbk (VIVA). Lalu, PT Bali Towerindo Sentra, serta paling baru adalah PT Wijaya Karya Beton, anak usaha PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).

Pada prospektus ringkas yang terbit, kemarin, Wika Beton akan menawarkan 2,04 miliar saham dengan nominal Rp 100. Jumlah itu setara 23,47% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran umum. Sekitar 3% atau 61,36 juta saham baru itu akan dialokasikan untuk program employee stock allocation (ESA).

Entus Asnawi, Direktur Keuangan Wika Beton menargetkan, bisa memperoleh dana Rp 1,2 triliun-Rp 1,3 triliun. Dus, potensi harga IPO Wika Beton sebesar Rp 588,23-Rp 637,25 per saham.

Entus bilang, Wika Beton akan menawarkan saham ini ke luar negeri. "Kami akan tawarkan ke beberapa negara misalnya Singapura," kata dia, Senin (3/3).

Dana hasil IPO Wika Beton untuk ekspansi usaha dan tambahan modal kerja. Rinciannya, 85% untuk ekspansi, seperti membangun sejumlah pabrik baru di Lampung Selatan, Pasuruan, dan Kalimantan Timur.

Wika Beton juga akan menambah kapasitas pabrik, membeli alat pancang inner boring, menambah alat post tensioning, mengolah quarry material alam di Cigudeg, Donggala, Boyolali, dan Lampung Selatan. Selain itu. untuk membentuk unit perbengkelan (mould maker).  

Sementara, IMC menawarkan saham sebanyak-banyaknya 15% yang terdiri dari 294,11 juta saham baru dan 294,11 juta saham divestasi milik VIVA. Perseroan  ini menawarkan harga IPO di Rp 1.380-Rp 1.930 per saham.

Harga itu mencerminkan Enterprise Value (VE) per EBITDA 17 kali, lebih rendah dari emiten sejenis di 20 kali. Dari IPO ini, IMC berpotensi meraup dana Rp 811,7 miliar-Rp 1,13 triliun.

Sedangkan, perusahaan menara telekomunikasi, Bali Towerindo, akan IPO sebanyak-banyaknya 88 juta saham atau sekitar 14,72% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh. Sebagai pemanis, Bali Towerindo menerbitkan 176 juta waran seri I mewakili 34,52% dari jumlah modal disetor. Dana IPO untuk pembangunan menara dan jaringan telekomunikasi.

Pilihan analis

Rencana IPO sejumlah perusahaan itu bisa menjadi peluang bagi investor. Tapi tentu saja, tetap cermat memilih saham IPO.
David Sutyanto, analis First Asia Capital menyarankan investor memilih calon emiten yang sektor bisnisnya kebal dari krisis. Selain itu, cermati pula penggunaan dana IPO. Jika dana IPO untuk ekspansi bakal mempengaruhi kinerja ke depan.

David menilai, IPO IMC kurang menarik lantaran sebagian dana untuk membayar utang induk usaha. "Untuk ekspansi tak besar," kata dia.

Sementara IPO Wika Beton menarik. Pasalnya, bisnis Wika Beton cerah dan didukung induk yang kuat. Wika Beton juga punya sejumlah rencana ekspansi regional.

Analis Minna Padi Investama, Andre Setiawan juga memilih, Wika Beton. Sebab, Wika Beton menggunakan dana IPO untuk ekspansi. "Kalau Bali Tower masih perusahaan kecil. Tetapi IPO Bali Tower lebih menarik dibandingkan IPO IMC. Apalagi Bali Towerindo menawarkan waran," kata dia.

Menurut Andre, valuasi harga IMC terlalu mahal. Apalagi, prospek bisnis ANTV, stasiun televisi milik IMC, kurang begitu menarik ke depannya.                        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×