Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren harga emas belum lepas dari kelesuan. Koreksi tersebut tidak lepas dari sentimen positif yang datang dari potensi pemulihan ekonomi global karena meredanya tensi geopolitik.
Berdasarkan Trading Economics, harga emas turun 0,16% dalam 24 jam terakhir ke US$ 3.180 per ons troi pada Kamis (15/5) pukul 19.13 WIB. Pelemahan itu mengakumulasi penurunan 4,04% dalam sepekan.
Senada, harga emas Antampada Kamis (15/5) juga merosot dan ke Rp 1.866.000 per gram. Dalam sepekan, harganya telah turun 4,45%.
Baca Juga: Harga Emas Diproyeksi Berkonsolidasi Selama Periode Kesepakatan Tarif AS dan China
Apakah ini momentum masuk?
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menuturkan dengan koreksi saat ini maka level support krusial perlu diperhatikan. Saat ini level support emas dunia berada di level US$ 3.100 dan US$ 3.000.
Nah, jika dikonversikan maka kemungkinan penurunan emas spot ke US$ 3.100 atau US$ 3.000 dengan nilai tukar saat ini Rp 16.500, maka harga per gram emas Antam diperkirakan berada pada kisaran Rp 1,8 juta per gram hingga Rp 1,75 juta per gram.
Sutopo berpendapat, bagi investor yang berpandangan jangka panjang dan yakin terhadap peran emas sebagai diversifikasi portofolio, koreksi harga saat ini dapat menjadi peluang menarik untuk mengakumulasi aset secara bertahap.
"Bagi investor yang lebih konservatif atau memiliki horizon investasi jangka pendek, sikap wait and see mungkin lebih bijaksana untuk mencermati apakah koreksi harga akan berlanjut lebih dalam," ujarnya kepada kontan.co.id, Kamis (15/5).
Baca Juga: Harga Emas Anjlok ke Level Terendah Lebih dari Sebulan pada Rabu (14/5)
Di sisi lain, untuk investor yang berencana memanfaatkan koreksi harga emas untuk mulai mencicil masuk, ada beberapa sentimen penting yang perlu diperhatikan. Pertama, sinyal perubahan kebijakan moneter dari bank sentral utama dunia, terutama terkait suku bunga dan program stimulus, dapat memengaruhi daya tarik emas.
"Kenaikan suku bunga cenderung membuat emas kurang menarik karena tidak memberikan imbal hasil," tuturnya.
Lalu, rilis data ekonomi penting seperti inflasi, pertumbuhan PDB, dan tingkat pengangguran yang dapat memberikan gambaran kondisi ekonomi global dan memengaruhi sentimen risiko pasar. Selanjutnya, perkembangan geopolitik, dan pergerakan rupiah.
Namun, perlu diingat bahwa fundamental yang melatarbelakangi permintaan emas sebagai lindung nilai belum sepenuhnya sirna. Ketidakpastian ekonomi global, inflasi yang masih menjadi kekhawatiran, serta potensi risiko geopolitik yang kembali muncul dapat membatasi kedalaman koreksi harga emas.
Secara umum, prospek harga emas jangka panjang masih berpotensi menguat.
"Fundamental yang melatarbelakangi permintaan emas sebagai lindung nilai belum sepenuhnya sirna," sebutnya.
Baca Juga: OJK Peringatkan Agar Tidak Panic Buying dalam Membeli Emas, Ini Bahayanya
Ia menjelaskan, hal itu didukung oleh ketidakpastian global dan peran emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan devaluasi mata uang.
"Ketidakpastian ekonomi global, inflasi yang masih menjadi kekhawatiran, serta potensi risiko geopolitik yang kembali muncul dapat membatasi kedalaman koreksi harga emas," jelasnya.
Namun, dalam jangka pendek, koreksi harga masih mungkin terjadi seiring dengan sentimen pasar yang positif. Dus, koreksi harga saat ini dapat digunakan untuk melakukan pembelian bertahap guna memperkuat portofolio investasi jangka panjang.
"Sebaiknya lebih berhati-hati dan menunggu konfirmasi pembalikan harga sebelum melakukan pembelian yang signifikan. Pantau level support dan resistance serta perkembangan sentimen pasar secara aktif untuk ritel," imbuhnya.
Selanjutnya: Borong Saham Big Cap Perbankan, Cermati Saham-Saham Favorit Asing, Kamis (15/5)
Menarik Dibaca: 5 Cara Mencegah Depresi pada Remaja, Selalu Pantau Media Sosial Anak
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News