kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Harga CPO masih dalam tekanan


Jumat, 21 April 2017 / 10:48 WIB
Harga CPO masih dalam tekanan


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) bangkit dari level terendah dalam delapan bulan terakhir. Kemarin (20/4), harga CPO kontrak pengiriman Juli 2017 di Malaysia Derivative Exchange menguat 1,58% menjadi RM 2.504 per ton dibanding sehari sebelumnya.

Tapi, Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan, penguatan CPO kemarin cuma merupakan rebound sesaat. Apalagi, pada Rabu (19/4), harga CPO menyentuh level terendah sejak Agustus 2016, yakni sebesar RM 2.465 per ton.

Dalam jangka pendek, harga CPO masih cenderung turun. Sentimen negatif masih menghantui harga CPO. Tekanan terbesar berasal dari kenaikan produksi CPO Malaysia. Pada Maret lalu, produksi Malaysia terkerek 16% menjadi 1,46 juta ton dibanding bulan sebelumnya.

Apalagi, kenaikan produksi ini merupakan yang pertama kali sejak September 2016. Persediaan CPO Malaysia Maret lalu juga melesat 6,5% menjadi 1,55 juta ton.

Sementara survei Bloomberg menunjukkan, pasokan CPO Indonesia bulan Maret kemungkinan naik signifikan, hingga 22%. Hal ini menimbulkan kekhawatiran pasokan CPO di pasar akan membanjir. Maklum saja, sekadar mengingatkan, Indonesia dan Malaysia menyumbang sekitar 86% dari total pasokan CPO global. "Kalau produksi terus meningkat, ada potensi harga CPO masih akan terkoreksi," tutur Deddy, kemarin.

Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono menambahkan, kenaikan pasokan komoditas substitusi CPO menambah sentimen negatif. Produksi kedelai naik, terutama di Brazil dan Amerika Serikat (AS), yang merupakan produsen utama. Alhasil, harga minyak kedelai sebagai substitusi CPO tergerus. Ini membuat konsumen memilih minyak kedelai.

Langkah China menggerus margin pengolahan kedelai juga membuat harga minyak nabati turun. Ini akan berimbas pada turunnya impor CPO China sebagai salah satu pembeli terbesar di dunia. Padahal, CPO memenuhi sekitar 70% kebutuhan impor minyak nabati China, yakni sekitar 5 juta ton per tahun.

Tekanan pada harga bertambah setelah ada desas-desus tahun depan pemerintah China akan menjual 4,5 juta ton kedelai ke pasar global. Departemen Pertanian AS memperkirakan, impor kedelai China tahun 2016-2017 naik 4,6% menjadi 87 juta ton seiring upaya China membangun kembali peternakan babi.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×