kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Harga Bitcoin Kembali Bergairah Usai Laporan Data Inflasi AS


Kamis, 16 Mei 2024 / 10:59 WIB
Harga Bitcoin Kembali Bergairah Usai Laporan Data Inflasi AS
ILUSTRASI. Bitcoin. REUTERS/Benoit Tessier


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) kembali melonjak hingga US$ 66.000 atau sekitar Rp 1,05 miliar, naik lebih dari 7% pada Kamis (16/5) pagi pukul 09:00 WIB. Kenaikan ini membuat para investor dan trader kembali bergairah untuk masuk lebih dalam ke pasar kripto.

Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengamati, kenaikan harga Bitcoin ini didorong oleh laporan data inflasi inti Amerika Serikat yang lebih rendah dan meningkatnya investasi institusional pada ETF Bitcoin.

Data Indeks Harga Konsumen (CPI) AS yang dirilis baru-baru ini menunjukkan penurunan inflasi inti ke level terendah dalam 3 tahun sebesar 3,4%. Penurunan ini telah memicu peningkatan aktivitas di pasar Bitcoin, dengan minat yang signifikan dari bank-bank besar global.

“Korelasi antara inflasi yang lebih rendah dan peningkatan investasi pada aset digital menunjukkan bahwa investor mungkin melihat Bitcoin sebagai lindung nilai terhadap ketidakstabilan ekonomi," kata Fyqieh dalam siaran pers, Kamis (16/5).

Baca Juga: Harga Bitcoin Turun 2,81% Tetapi Masih Bertahan di Atas US$ 60.000

Lebih lanjut, Fyqieh menjelaskan angka inflasi yang baik juga menandakan potensi penurunan suku bunga AS di masa depan.

Meskipun The Fed telah mengadopsi pendekatan wait and see yang hati-hati, data terbaru mungkin mempercepat jangka waktunya. Namun, masih terdapat kekhawatiran mengenai kecepatan penurunan inflasi, yang dapat membatasi ruang lingkup penurunan suku bunga pada tahun ini.

Fyqieh menganalisis, pengembalian BTC ke level US$ 67.500 dapat mendukung pergerakan menuju harga US$ 69.000. Penembusan BTC di atas level resistensi tersebut dapat membuat kenaikan mencapai level tertinggi sepanjang masa US$ 73.808.

"Data ekonomi AS, pidato anggota The Fed, dan tren aliran pasar ETF BTC menjadi fokus utama ke depan," sebutnya.

Di samping itu, lonjakan harga BTC juga didorong oleh meningkatnya minat institusional, khususnya pada ETF Bitcoin.

Pengajuan SEC baru-baru ini mengungkapkan bahwa bank-bank terkemuka seperti JPMorgan dan Wells Fargo, bersama dengan bank internasional seperti UBS dan Bank of Montreal, telah mengungkapkan investasi signifikan dalam ETF Bitcoin.

Pengungkapan ini memainkan peran penting dalam meningkatkan nilai pasar Bitcoin. Sentimen yang lebih mendorong momentum pasar adalah masuknya modal institusional ini tidak hanya memvalidasi daya tarik investasi Bitcoin tetapi juga meningkatkan legitimasi dan stabilitasnya sebagai kelas aset.

Baca Juga: Potensi Pasar Menjanjikan, Transaksi Kripto di Indonesia Meningkat

“Pasar ETF terus ramai dengan antisipasi karena diperkirakan akan semakin banyak institusi yang masuk," jelas Fyqieh.

Pergeseran ini kemungkinan akan mempertahankan tren kenaikan Bitcoin karena semakin banyak investor institusional yang mulai memasukkannya ke dalam portofolio mereka.

Perkembangan yang sedang berlangsung di sektor ETF, dikombinasikan dengan faktor makroekonomi, memberikan kerangka kerja yang kuat untuk memahami kenaikan nilai Bitcoin baru-baru ini dan yang berkelanjutan.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×