kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga batubara sulit menyentuh US$ 80 per metrik ton hingga tutup tahun


Senin, 12 Agustus 2019 / 20:34 WIB
Harga batubara sulit menyentuh US$ 80 per metrik ton hingga tutup tahun
ILUSTRASI. Pertambangan batubara


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara kembali menyentuh level terendahnya pada perdagangan Jumat (9/8). Kondisi tersebut, sekaligus semakin menjauhkan harapan bagi si hitam untuk kembali menyentuh level US$ 80 per ton. 

Mengutip data Bloomberg, secara year to date (ytd) hingga Jumat lalu, harga batubara Newcastle untuk kontrak pengiriman September 2019  di ICE Futures anjlok sebanyak 27,78%. Hingga Jumat (9/8) harga batubara berada di level US$ 69,80 per metrik ton. Padahal di 31 Desember 2018 harga batubara masih di level US$ 96,65 per metrik ton.

Baca Juga: Kinerja Indo Tambangraya Megah (ITMG) masih akan tertekan harga batubara

Analis PT Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan, hingga akhir tahun tekanan pada harga batubara masih akan terjadi. Isunya masih seputar pasokan yang berlebih, serta ketidakpastian perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China. 

"Trennya masih bearish, karena terjadi over supply meskipun ada beberapa gangguan produksi di tambang Australia. Tapi ini enggak mengubah fundamental batubara yang masih akan tertekan," kata Deddy kepada Kontan.co.id, Senin (12/8).

Baca Juga: Strategi Lo Kheng Hong Membeli Saham Salah Harga

Apalagi, China dan India tengah membatasi impor batubara. Sementara produksi batubara dari Indonesia dan Australia masih berjalan dan terus naik. Meskipun begitu, harga batubara acuan (HBA) Agustus 2019 naik menjadi US$ 72,67 per ton.

Sementara itu, mengutip Reuters seiring dengan penurunan harga minyak mentah, impor batubara di India juga turun pada Juli 2019 menjadi 14,5 juta ton, dari catatan impor batubara Juni yakni 16,4 juta ton. Ekspor batubara Indonesia ke India tercatat turun dari 10,1 juta ton di April, menjadi 5,1 juta di Juli 2019.

Meskipun begitu, dalam tujuh bulan terakhir total impor batubara India mencapai 122,6 juta ton, atau naik tipis dari capaian periode yang sama tahun lalu yakni 112,5 juta ton. 

Sementara itu, selain terkait isu permintaan dan penjualan, tekanan pada harga batubara juga terjadi akibat meningkatnya eskalasi perang dagang antara AS dan China yang belum memiliki titik temu. Mulai dari sikap Presiden AS Donald Trump yang belum siap untuk melakukan kesepakatan dagang, hingga melarang perjanjian bisnis dengan perusahaan China seperti Huawei untuk sementara. 

"Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran dan berdampak ke pasar China. Tidak hanya harga batubara, bahan baku produksi Negeri Tirai Bambu juga akan terkena dampak negatif," ungkapnya. 

Baca Juga: Penjualan melonjak 71%, Alfa Energi Investama (FIRA) berhasil meraup untung

Deddy memperkirakan, jika dalam waktu dekat harga bisa kembali menyentuh US$ 70 per ton, kemungkinan harga batubara di akhir 2019 berada di kisaran US$ 72 per ton hingga US$ 73 per ton. Deddy melihat, harga batubara akan sulit kembali menyentuh US$ 80 hingga tutup tahun mengingat masih tingginya hambatan. 

Bahkan, kalaupun negosiasi dagang AS dan China bisa berjalan lancar, harga batubara tetap sulit untuk menyentuh level US$ 80 per ton di akhir tahun ini. Hal itu karena, tren suku bunga rendah yang diterapkan beberapa bank sentral untuk melonggarkan kebijakan moneternya seperti Australia dan Indonesia turut mempengaruhi sentimen pasar.

Menurut Deddy, tren penurunan suku bunga atau pelonggaran monenter sekaligus mencerminkan kondisi perekonomian yang melambat. Ini terbukti lewat sikap Dana Moneter Internasional (IMF) yang memangkas pertumbuhan ekonomi global 2019 dan 2020. International Energy Agency (IEA) juga memangkas target permintaan minyak 1,1 juta barel per hari di 2019 dan 1,3 juta barel per hari di 2020.

Baca Juga: Grup Sinarmas Genjot Bisnis Batubara dan Pembangkit Listrik premium

"Ini artinya kondisi pasar tidak sekondusif yang dibayangkan. Tren pemangkasan suku bunga juga menjadi tanda-tanda kekhawatiran bahwa pertumbuhan ekonomi global melambat," tegasnya.

Secara teknikal, harga batubara masih berada di bawah moving average (MA)50, MA100 dan MA200 yang mengindikasikan dalam jangka panjang harga batubara masih dalam tren bearish. Indikator stochastic berada di area oversold atau jenuh jual, dengan potensi rebound terbatas. 

Sedangkan untuk indikator RSI berada di area 29 yang artinya oversold. Meski demikian harga cenderung masih melemah. Begitu juga dengan indikator MACD yang masih berada di area negatif. 

Dengan begitu, untuk perdagangan besok (13/8), harga batubara bakal berada di kisaran resistance US$ 70,50 per ton dan US$ 71 per ton, sedangkan untuk level support berada di kisaran US$ 68,70 per ton dan US$ 69 per ton, dengan rekomendasi jual.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×