kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga batubara sulit menyentuh US$ 80 per metrik ton hingga tutup tahun


Senin, 12 Agustus 2019 / 20:34 WIB
Harga batubara sulit menyentuh US$ 80 per metrik ton hingga tutup tahun
ILUSTRASI. Pertambangan batubara


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

Meskipun begitu, dalam tujuh bulan terakhir total impor batubara India mencapai 122,6 juta ton, atau naik tipis dari capaian periode yang sama tahun lalu yakni 112,5 juta ton. 

Sementara itu, selain terkait isu permintaan dan penjualan, tekanan pada harga batubara juga terjadi akibat meningkatnya eskalasi perang dagang antara AS dan China yang belum memiliki titik temu. Mulai dari sikap Presiden AS Donald Trump yang belum siap untuk melakukan kesepakatan dagang, hingga melarang perjanjian bisnis dengan perusahaan China seperti Huawei untuk sementara. 

"Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran dan berdampak ke pasar China. Tidak hanya harga batubara, bahan baku produksi Negeri Tirai Bambu juga akan terkena dampak negatif," ungkapnya. 

Baca Juga: Penjualan melonjak 71%, Alfa Energi Investama (FIRA) berhasil meraup untung

Deddy memperkirakan, jika dalam waktu dekat harga bisa kembali menyentuh US$ 70 per ton, kemungkinan harga batubara di akhir 2019 berada di kisaran US$ 72 per ton hingga US$ 73 per ton. Deddy melihat, harga batubara akan sulit kembali menyentuh US$ 80 hingga tutup tahun mengingat masih tingginya hambatan. 

Bahkan, kalaupun negosiasi dagang AS dan China bisa berjalan lancar, harga batubara tetap sulit untuk menyentuh level US$ 80 per ton di akhir tahun ini. Hal itu karena, tren suku bunga rendah yang diterapkan beberapa bank sentral untuk melonggarkan kebijakan moneternya seperti Australia dan Indonesia turut mempengaruhi sentimen pasar.

Menurut Deddy, tren penurunan suku bunga atau pelonggaran monenter sekaligus mencerminkan kondisi perekonomian yang melambat. Ini terbukti lewat sikap Dana Moneter Internasional (IMF) yang memangkas pertumbuhan ekonomi global 2019 dan 2020. International Energy Agency (IEA) juga memangkas target permintaan minyak 1,1 juta barel per hari di 2019 dan 1,3 juta barel per hari di 2020.

Baca Juga: Grup Sinarmas Genjot Bisnis Batubara dan Pembangkit Listrik premium

"Ini artinya kondisi pasar tidak sekondusif yang dibayangkan. Tren pemangkasan suku bunga juga menjadi tanda-tanda kekhawatiran bahwa pertumbuhan ekonomi global melambat," tegasnya.

Secara teknikal, harga batubara masih berada di bawah moving average (MA)50, MA100 dan MA200 yang mengindikasikan dalam jangka panjang harga batubara masih dalam tren bearish. Indikator stochastic berada di area oversold atau jenuh jual, dengan potensi rebound terbatas. 

Sedangkan untuk indikator RSI berada di area 29 yang artinya oversold. Meski demikian harga cenderung masih melemah. Begitu juga dengan indikator MACD yang masih berada di area negatif. 

Dengan begitu, untuk perdagangan besok (13/8), harga batubara bakal berada di kisaran resistance US$ 70,50 per ton dan US$ 71 per ton, sedangkan untuk level support berada di kisaran US$ 68,70 per ton dan US$ 69 per ton, dengan rekomendasi jual.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×