Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga baja tercatat sudah turun sebanyak 5,32% dalam sebulan dan terkoreksi 17,57% sejak awal tahun alias year to date (YtD). Sementara, harga baja HRC naik 1% dalam sebulan dan anjlok 35,32% YtD.
Corporate Secretary & Investor Relations PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP) Johannes Edward mengatakan, harga rata-rata jual alias average selling price (ASP) baja ISSP sejak awal tahun hanya terpengaruh negatif sekitar 4%.
“Hal ini menunjukkan kekuatan pemasaran Spindo,” kata dia kepada Kontan.co.id, Senin (11/11).
Meskipun harga baja masih tak menentu akibat banyaknya sentimen global, emiten yang kerap dikenal dengan nama Spindo ini memperkirakan fluktuasinya tak terlalu tinggi hingga akhir tahun 2024.
“Memang kenaikan harga komoditas dalam beberapa minggu terakhir. Ini karena adanya sentimen positif terbatas di China melalui stimulus, sehingga menyebabkan peningkatan harga baja,” tuturnya.
Baca Juga: Efek Trump dan Inflasi Global Ikut Menentukan Arah BI Rate ke Depan
Per Oktober 2024, produksi baja ISSP masih menurun 3% dibandingkan produksi tahun lalu alias secara year on year (YoY). Sementara, pada periode Januari-Februari 2024, produksi baja ISSP tertinggal lebih dari 25% YoY.
“Oleh karena itu, kami optimistis dapat terus memacu penjualan dalam kuartal IV ini,” ungkapnya.
Asal tahu saja, laba bersih ISSP menyusut 1,5% secara tahunan menjadi Rp 358,10 miliar per kuartal ketiga 2024. Sementara, penjualan dan pendapatan jasa Spindo turun ke Rp 4,31 triliun di akhir September 2024.
Berdasarkan kinerja periode ini, manajemen ISSP menetapkan target tahun 2024 untuk peningkatan penjualan sebesar 5% dan laba bersih sebesar 10%-20% dibandingkan tahun sebelumnya.
Baca Juga: Industri Logam Pendukung Sektor Konstruksi Perluas Pasar Ekspor
“Saat ini, porsi ekspor masih berkisar sekitar 5% dari penjualan secara keseluruhan. Untuk sektor tujuan, saat ini banyak ke sektor telekomunikasi, pertambangan, serta minyak dan gas (migas),” tuturnya.
Johannes memaparkan, pihaknya percaya pemerintah Indonesia telah mendengarkan pertimbangan dari para pelaku pasar terkait produk baja murah dari China. Sehingga, pemerintah bisa mengeluarkan kebijakan yang terbaik untuk kepentingan nasional.
Krisis baja di China memang dianggap bisa memperbesar peluang Indonesia menjadi negara target ekspor dari Negeri Tirai Bambu itu.
“Kami mendukung rencana terkait kebijakan antidumping baja impor. Namun, perlu dilakukan perencanaan yang matang terkait investasi asing di Indonesia pada industri-industri midstream agar tidak membunuh perusahaan lokal,” paparnya.
Selanjutnya: Dana Asing Hengkang pada Pekan Pertama November, Awas Tren Outflow Jangka Pendek
Menarik Dibaca: Ramalan Cuaca Besok (12/11) di Banten Hujan sejak Siang hingga Malam
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News