Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Salah satu saham blue chip di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini dalam tren meningkat pesat. Harga saham blue chip ini meningkat 24% sejak awal tahun. Apakah saham blue chip ini layak dikoleksi?
Saham blue chip adalah saham lapis satu dan telah memiliki pengalaman di bursa efek. Saham blue chip juga memiliki fundamental kuat dan nilai kapitalisasi pasar besar.
Di BEI, saham blue chip biasanya berasal dari saham-saham di indeks mayor seperti LQ45. Salah satu saham LQ45 yang mengalami kenaikan harga adalah saham PT Indosat Tbk (ISAT).
Harga saham ISAT pada perdagangan Selasa 16 Juli 2024 ditutup di level 11.650 naik 225 poin atau 1,97% dibandingkan sehari sebelumnya. Dalam sebulan terakhir, harga saham ISAT telah menguat sejumlah 1.575 atau 15,63%.
Sejak awal tahun 2024 hingga kemarin, harga saham blue chip sektor telekomunikasi ini terakumulasi naik 2.275 poin atau 24,27%.
Kenaikan ini menjadikan harga saham ISAT mendekati level tertinggi Rp 11.750 yang terjadi pada 15 Maret 2024.
Deputy Head of Research Sucor Sekuritas, Paulus Jimmy menyematkan rating buy saham ISAT dengan target harga Rp 12.500. Secara kinerja, Paulus melihat ISAT memiliki prospek yang bagus.
Manajemen ISAT berencana menggandakan EBITDA dalam lima tahun ke depan. Peningkatan EBITDA diharapkan dari pertumbuhan ARPU seiring dengan kelanjutan monetisasi industri dan inisiatif baru. Selain itu mendorong kontribusi pendapatan dari inisiatif artificial intellegence (AI) dan fixed broadband (FBB).
Paulus melihat target tersebut dapat tercapai. Sejak penggabungan usaha, ISAT menggunakan belanja modal kumulatif sebesar US$ 1,6 miliar dan mengumpulkan sinergi biaya sebesar US$ 610 juta, 12 bulan lebih cepat dari jadwal dalam rencana integrasi jaringan.
Berdasarkan perhitungannya, ISAT akan menemui tantangan dalam meningkatkan ARPU. "Namun, kami optimis dengan tren peningkatan ARPU di industri dan kemampuan ISAT untuk meningkatkan efisiensi operasi dari monetisasi," tulisnya dalam riset, Kamis (4/7).
Untuk implementasi AI, Paulus melihat kemitraan strategisnya dengan Nvidia dan Google akan memungkinkan ISAT untuk memonetisasi ukuran industri yang diharapkan sebesar US$ 2,4 miliar pada tahun 2028. Hal itu dengan menawarkan berbagai solusi cloud dan solusi perusahaan yang didukung oleh AI.
Kepala Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas juga menilai positif target ISAT dalam lima tahun ke depan. Ia menghitung, untuk mencapai target tersebut maka dalam periode itu perseroan harus bisa menghasilkan CAGR 14,87% untuk bisa meningkat 100%.
"Jika melihat lima tahun ke belakang, ISAT mampu menghasilkan CAGR 27%," ujarnya saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (15/7).
Sukarno menilai, faktor pendukung ISAT dari potensi kenaikkan jumlah pelanggan seiring dengan peningkatan jumlah BTS. Sehingga bisa mendorong pada kenaikan ARPU.
Untuk jangka pendek, hingga akhir tahun ini Sukarno berpandangan ISAT masih berpotensi mencetak pertumbuhan kinerja. Hal ini tak lepas dari capaian di kuartal I 2024.
"Sentimen pendukungnya dari pertumbuhan pengguna seluler dan kenaikan ARPU, efesiensi biaya, perluas bisnis dan potensi meningkatkan pendapatan dari Al-Cloud, Keamanan & Platform Play," paparnya.
Adapun untuk laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tumbuh 39,36% YoY menjadi Rp 1,29 triliun. Kuartal I 2023, ISAT mencatatkan laba bersih sebesar Rp 929,06 miliar.
Dus, Sukarno merekomendasikan hold ISAT dengan target harga Rp 11.900.
Adapun risiko terkait rekomendasi tersebut, potensi kehilangan pelanggan akibat kenaikan ARPU yang agresif, persaingan yang semakin ketat di daerah pedesaan yang mana Telkomsel telah mendominasi, dan penurunan marjin konsolidasi setelah ekspansi yang agresif.
Baca Juga: Saham Blue Chip Ini Jangan Dilewatkan Saat IHSG Mendaki Dekati Rp 7.300
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News