kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.159   41,00   0,25%
  • IDX 7.060   75,74   1,08%
  • KOMPAS100 1.054   13,79   1,33%
  • LQ45 829   11,89   1,46%
  • ISSI 214   1,60   0,75%
  • IDX30 422   6,17   1,48%
  • IDXHIDIV20 509   7,32   1,46%
  • IDX80 120   1,57   1,32%
  • IDXV30 125   0,62   0,50%
  • IDXQ30 141   1,83   1,32%

Empat alasan harga gas alam tetap dingin


Senin, 30 November 2015 / 06:05 WIB
Empat alasan harga gas alam tetap dingin


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Menguatnya mata uang Amerika Serikat (AS) menyeret harga gas alam. Mengacu Bloomberg pada Jumat (27/11), harga gas alam kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange turun 3,78% dibandingkan posisi Rabu (25/11) ke level US$ 2,212.

Bursa Amerika Serikat (AS) libur pada Kamis (26/11) karena memperingati hari Thanksgiving. Sepekan, harga gas alam merosot 3,44%.

Pengamat Komoditas SoeGee Futures Ibrahim menjelaskan, ada beberapa faktor yang menekan harga gas alam.

Pertama, penguatan mata uang Negeri Paman Sam. Permintaan gas alam tergerus karena komoditas ini diperdagangkan dalam dollar AS yang kian mahal. Lihat saja indeks dollar AS pada Jumat (27/11) yang terangkat 0,23% dibandingkan hari sebelumnya menjadi 100,02.

"Wajar kalau gas alam jatuh karena indeks dollar AS sudah melewati level 100," ujarnya.

Penguatan dollar AS juga disokong oleh rilis data Prelim GDP per kuartal III 2015 yang tumbuh 2,1%, lebih baik dibandingkan data sebelumnya 1,5%. Data tersebut menguatkan spekulasi kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS alias The Fed pada Desember 2015.

Kedua, Bank Sentral Eropa alias European Central Bank (ECB) akan menggelar pertemuan pada 3 Desember 2015 guna membahas perekonomian Benua Biru tersebut. ECB berencana menggelontorkan stimulus sebesar US$ 1,1 milliar untuk menggairahkan pasar.

Namun, aksi tersebut menjadi bukti bahwa perekonomian Eropa masih melemah. Sehingga permintaan gas alam kian menyusut.

Ketiga, pekan depan, China bakal merilis data manufaktur (Caixin Manufacturing PMI) per November 2015 yang diprediksi 48,3.

"Data di bawah level 50 menandakan manufaktur Tiongkok masih kontraksi. Hal ini menekan permintaan dan harga gas alam," ujarnya. Maklum, China merupakan produsen serta pengguna komoditas terbesar di dunia bersama dengan Eropa dan AS.

Alasan keempat, kebutuhan gas alam juga diperkirakan belum terangkat dalam waktu dekat. Sebab, suhu sebagian wilayah AS diterawang masih akan di atas batas normal hingga tanggal 9 Desember 2015.

Di kala permintaan gas alam belum membaik, suplai komoditas tersebut menggemuk.Pekan lalu, persediaan gas alam AS naik 7 miliar kaki kubik menjadi 4,009 triliun kaki kubik. Pertumbuhan suplai ini sudah terjadi selama 34 minggu.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×