Reporter: Nadya Zahira | Editor: Noverius Laoli
CEO Edvisor Praska Putrantyo menyatakan bahwa emiten di sektor properti yang memiliki surat utang dalam dolar AS akan terdampak negatif akibat pelemahan rupiah.
Emiten yang memiliki surat utang dalam dolar AS antara lain PT Modernland Realty Tbk (MDLN), PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI), dan PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR).
MDLN memiliki beban bunga dalam dolar AS setara Rp 24,98 miliar dan utang obligasi dalam dolar AS sebesar Rp 5,75 triliun. ASRI memiliki utang obligasi sebesar Rp 3,49 triliun, sedangkan LPKR sebesar Rp 6,4 triliun.
Baca Juga: Prospek Emiten Ritel Tersengat Sentimen Lebaran, Cermati Rekomendasi Analis
Praska menilai kinerja emiten properti saat ini tengah mengalami fluktuasi karena tingginya suku bunga AS dan pelemahan rupiah terhadap dolar AS.
Namun, ia optimistis kinerja emiten properti akan membaik dengan pelonggaran kebijakan suku bunga The Fed dan Bank Indonesia (BI) serta penerapan hedging untuk mitigasi risiko fluktuasi kurs.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menambahkan bahwa fluktuasi rupiah akan berdampak negatif pada emiten yang banyak melakukan impor, namun berdampak positif pada emiten yang banyak melakukan ekspor, seperti PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang mencatatkan pertumbuhan laba bersih 36,89% menjadi US$ 274,33 juta sepanjang 2023.
Baca Juga: Saham Astra International (ASII) Sentuh Level Terendah, Cermati Rekomendasi Analis
Meski sejumlah emiten terdampak negatif, Nico merekomendasikan "Buy" untuk KLBF dengan target harga Rp 1.720 per saham. Praska merekomendasikan "Buy" untuk KLBF dengan target harga Rp 1.650 - Rp 1.700 per saham.
Sementara itu, Azis merekomendasikan "Wait and See" untuk saham komoditas seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dengan target harga Rp 2.750 per saham, serta "Trading Buy" untuk KLBF dengan target harga Rp 1.600 - Rp 1.610 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News