kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Emiten Farmasi dan Ritel Terdampak Pelemahan Rupiah, Cermati Rekomendasi Analis


Minggu, 09 Juni 2024 / 22:19 WIB
Emiten Farmasi dan Ritel Terdampak Pelemahan Rupiah, Cermati Rekomendasi Analis
ILUSTRASI. Pengunjung?memilih produk makanan ringan?pada sebuah gerai ritel modern di Jakarta, Jumat (31/3/2023). Emiten Farmasi dan Ritel Terdampak Pelemahan Rupiah, Cermati Rekomendasi Analis


Reporter: Nadya Zahira | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) menghadapi tantangan fluktuasi nilai tukar rupiah. Saat ini, nilai rupiah masih lemah dan berkisar di sekitar Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS).

Pada perdagangan Jumat (7/6), rupiah ditutup menguat 0,42% ke Rp 16.195 per dolar AS. Sementara itu, nilai tukar rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) juga menguat 0,37% ke Rp 16.218 per dolar AS dari sehari sebelumnya yang berada di Rp 16.279 per dolar AS.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo, menyatakan bahwa fluktuasi rupiah ini dapat berdampak positif maupun negatif pada emiten. Emiten di sektor ritel dan konsumer, seperti Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), yang banyak mengimpor bahan baku, akan terkena dampak negatif.

Baca Juga: Terdampak Pelemahan Rupiah, Cermati Rekomendasi Saham KLBF, GJTL, LPKR dan ICBP

ICBP mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 2,35 triliun per 31 Maret 2024, turun 40,52% secara tahunan dari Rp 3,95 triliun. 

Namun, penjualan bersih ICBP pada kuartal I-2024 mencapai Rp 19,92 triliun, tumbuh 4,07% dari Rp 19,14 triliun pada kuartal I-2023. Penjualan mi instan menyumbang Rp 14,67 triliun, sementara segmen susu dan makanan ringan masing-masing menyumbang Rp 2,76 triliun dan Rp 1,16 triliun.

 

“Secara kinerja kami melihat akan lebih tumbuh terbatas, mengingat rata-rata perusahaan juga melakukan ekspor yang mana dari sisi top line masih bisa terjaga,” ujar Azis kepada Kontan.co.id, Jumat (7/6).

Azis juga menambahkan bahwa emiten farmasi yang masih mengimpor bahan baku, seperti PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), juga akan terdampak pelemahan rupiah. 

Baca Juga: JP Morgan Kerek Rekomendasi Saham Astra International (ASII), Cermati Saran Analis

Meski demikian, Azis memprediksi kinerja KLBF masih berpotensi tumbuh positif, seiring dengan perolehan laba Rp 957,5 miliar pada kuartal I 2024, meningkat 11,8% dari Rp 855,7 miliar pada periode yang sama tahun 2023. 

Pendapatan neto KLBF pada kuartal I 2024 mencapai Rp 8,36 triliun, naik 6,3% dari Rp 7,86 triliun pada periode yang sama tahun 2023.

CEO Edvisor Praska Putrantyo menyatakan bahwa emiten di sektor properti yang memiliki surat utang dalam dolar AS akan terdampak negatif akibat pelemahan rupiah. 

Emiten yang memiliki surat utang dalam dolar AS antara lain PT Modernland Realty Tbk (MDLN), PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI), dan PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR). 

MDLN memiliki beban bunga dalam dolar AS setara Rp 24,98 miliar dan utang obligasi dalam dolar AS sebesar Rp 5,75 triliun. ASRI memiliki utang obligasi sebesar Rp 3,49 triliun, sedangkan LPKR sebesar Rp 6,4 triliun.

Baca Juga: Prospek Emiten Ritel Tersengat Sentimen Lebaran, Cermati Rekomendasi Analis

Praska menilai kinerja emiten properti saat ini tengah mengalami fluktuasi karena tingginya suku bunga AS dan pelemahan rupiah terhadap dolar AS.

Namun, ia optimistis kinerja emiten properti akan membaik dengan pelonggaran kebijakan suku bunga The Fed dan Bank Indonesia (BI) serta penerapan hedging untuk mitigasi risiko fluktuasi kurs.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menambahkan bahwa fluktuasi rupiah akan berdampak negatif pada emiten yang banyak melakukan impor, namun berdampak positif pada emiten yang banyak melakukan ekspor, seperti PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang mencatatkan pertumbuhan laba bersih 36,89% menjadi US$ 274,33 juta sepanjang 2023.

Baca Juga: Saham Astra International (ASII) Sentuh Level Terendah, Cermati Rekomendasi Analis

Meski sejumlah emiten terdampak negatif, Nico merekomendasikan "Buy" untuk KLBF dengan target harga Rp 1.720 per saham. Praska merekomendasikan "Buy" untuk KLBF dengan target harga Rp 1.650 - Rp 1.700 per saham. 

Sementara itu, Azis merekomendasikan "Wait and See" untuk saham komoditas seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dengan target harga Rp 2.750 per saham, serta "Trading Buy" untuk KLBF dengan target harga Rp 1.600 - Rp 1.610 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×