Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Harga tembaga kembali terpeleset. Spekulasi kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika alias The Fed di penghujung tahun masih menyeret logam industri ini.
Mengutip Bloomberg, Selasa (21/7) pukul 12.25 WIB, harga tembaga pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) turun 0,2% ketimbang hari sebelumnya menjadi US$ 5.471,5 per metrik ton. Harga tembaga sempat menyentuh level US$ 5.429 pada Senin (20/7), level terendah sejak 8 Juli 2015. Sepekan, harga anjlok 1,68%.
Ibrahim, Analis dan Direktur PT Komoditi Ekuilibrium Berjangka menjelaskan, ada dua faktor utama yang menekan harga tembaga. Pertama, penguatan indeks dollar AS akibat pernyataan Gubernur The Fed, Janet Yellen pada Rabu (15/7) malam. Yellen menyatakan bahwa mereka akan mengerek suku bunga acuan pada akhir tahun 2015 yang didukung oleh perkembangan positif ekonomi Negeri Paman Sam.
Misalnya, rilis data AS yaitu Producer Price Index per Juni 2015 yang tercatat 0,4%, lebih baik ketimbang ekspektasi analis di posisi 0,2%. Ada pula data klaim pengangguran mereka yaitu Unemployment Claims per 12 Juli 2015 yang mencapai 281.000 orang, membaik ketimbang level sebelumnya di 296.000 orang. “Mereka juga optimistis perekonomian AS di akhir tahun 2015 akan membaik sehingga memperbesar peluang kenaikan suku bunga,” jelas Ibrahim.
Xu Liping, analis senior HNA Topwin Futures Co. di Shanghai beranggapan bahwa harga komoditas masih dibayangi oleh penguatan mata uang AS. Lihat saja indeks Bloomberg Commodity Index yang menyusut 1,4% ke level 96,2029, posisi terendah sejak tahun 2012.
Kedua, kekhawatiran pasar terhadap perlambatan ekonomi China. Memang produk domestik bruto (GDP) Negeri Tirai Bambu per Juni 2015 tercatat 7%, sama dengan pencapaian bulan sebelumnya. Apalagi pihak Capital Economics Ltd menyatakan bahwa angka tersebut mungkin saja melebihi kondisi seharusnya sebanyak maksimal 2% akibat deflator GDP yang kurang akurat. Belum lagi katalis negatif dari para pialang saham (broker) Shanghai yang beralih memprediksi harga tembaga akan merosot.
“China merupakan konsumen komoditas terbesar di dunia. Kalau ekonomi mereka melambat, hal ini mengindikasikan turunnya permintaan tembaga,” tuturnya. Tembaga memang digunakan untuk bahan dasar kontruksi, otomotif, hingga produksi kabel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News