kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   -903,33   -100.00%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga tembaga terkikis permintaan dua faktor ini


Senin, 15 Juni 2015 / 17:47 WIB
Harga tembaga terkikis permintaan dua faktor ini


Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Tembaga membuka minggu dengan performa harga yang terpuruk. Penyebab utamanya berasal dari lesunya perekonomian China dan prospeknya yang masih negatif. Efeknya sebagai konsumen utama tembaga, China menyeret tembaga dalam kejatuhan.

Mengutip Bloomberg, Senin (15/6) pukul 2.13 pm di Shanghai, harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange merosot 1,15% ke level US$ 5.844 per metrik ton dibanding harga penutupan akhir pekan lalu. Begitu pun dalam sepekan terakhir harga tembaga ambruk 1,74%.

Ibrahim, Analis dan Direktur PT Komoditi Ekuilibrium Berjangka menuturkan dengan pemangkasan target pertumbuhan ekonomi China 2015 oleh Bank Dunia dari 3% menjadi 2,8% ini menjadi sinyal bahwa perekonomian China masih berbalut sentimen negatif. Apalagi ini diperkuat dengan rilis data ekonomi yang terus memburuk.

Sebut saja data ekspor China Mei 2015 turun 2,5% (YoY) menjadi US$ 190,75 miliar yang mana ekspor ini sudah turun selama tiga bulan berturut-turut. Begitu juga dengan data impor Mei 2015 yang merosot 17,6% (YoY) menjadi US$ 131,26 miliar. Data impor ini bahkan sudah turun sepanjang tujuh bulan terakhir.

“Keadaan ini membuat pelaku pasar merasa bahwa China perlu melakukan pelonggaran stimulus lebih lanjut,” kata Ibrahim. Namun hingga saat ini, Bank Sentral China belum memberi sinyal untuk melakukan pelonggaran stimulus seperti apa yang diharapkan pasar.

Tapi, Ibrahim menegaskan saat ini yang diperlukan China adalah pelonggaran stimulus bukannya pemangkasan kembali suku bunga dan cadangan rasio. Selama ini keputusan Bank Sentral China untuk menjalankan sekaligus pelonggaran stimulus dan pemangkasan suku bunga serta rasio malah berimbas pada buruknya performa dan pesimisme pelaku pasar akan ekonomi China.

“China butuh strategi yang lebih baik untuk menggenjot kinerja ekonominya,” tambah Ibrahim. Karena jika tidak, serapan komoditas seperti tembaga di pasar malah akan semakin terkikis. Pasalnya, China sebagai konsumen utama kehilangan kemampuannya untuk menyerap stok tembaga.

Ini terbukti dari lonjakan stok tembaga yang tercatat di LME. Berdasarkan catatan LME, stok tembaga dalam setahun terakhir melonjak 94%. Penyebab utamanya adalah tingginya stok tembaga di gudang yang ada di China sebagai sinyal lambatnya permintaan tembaga yang datang dari negeri ginseng tersebut.

Sementara stok masih tinggi, keadaan diperburuk dengan estimasi adanya kenaikan produksi yang terjadi di Amerika Serikat sebesar 0,2% pada bulan Juni 2015 dibanding bulan Mei 2015. Padahal seperti diketahui, AS merupakan produsen kedua terbesar tembaga di dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×