kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.016.000   36.000   1,82%
  • USD/IDR 16.864   -54,00   -0,32%
  • IDX 6.501   55,06   0,85%
  • KOMPAS100 935   8,35   0,90%
  • LQ45 728   6,36   0,88%
  • ISSI 207   1,32   0,64%
  • IDX30 377   2,02   0,54%
  • IDXHIDIV20 455   2,45   0,54%
  • IDX80 106   0,94   0,89%
  • IDXV30 112   0,73   0,66%
  • IDXQ30 123   0,33   0,27%

Permintaan logam lemah, nikel dan tembaga lesu


Selasa, 14 Juli 2015 / 16:49 WIB
Permintaan logam lemah, nikel dan tembaga lesu


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Perlambatan ekonomi masih menggerus harga logam industri. Kondisi ini diperparah dengan spekulasi kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika alias The Fed.

Mengutip Bloomberg, Selasa (14/7) pukul 12.26 WIB, kontrak pengiriman tiga bulan nikel di London Metal Exchange (LME) turun 2,3% ketimbang hari sebelumnya menjadi US$ 11.485 per metrik ton. Dibandingkan posisi awal tahun 2015, harga nikel sudah anjlok 22,55%.

Seirama dengan nikel, harga tembaga juga terkoreksi 0,4% menjadi US$ 5.568 per metrik ton. Bahkan secara year to date, harga tembaga terlempar 6,93%.

Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures menjelaskan, ada tiga faktor yang menyeret harga logam industri. Pertama, perlambatan ekonomi China sebagai konsumen terbesar komoditas.

Menurut survey Bloomberg terhadap para ekonom, di kuartal kedua tahun 2015, perekonomian China hanya tumbuh 6,8%, lebih rendah ketimbang posisi kuartal sebelumnya yang tercatat 7%.

“Ini menandakan lemahnya permintaan metal industri dari China,” tuturnya.

Mengacu data Morgan Stanley, Negeri Tirai Bambu menggunakan 43% tembaga dunia. Mereka juga memakai setengah dari stok nikel dan aluminium global.

Kedua, kasus utang Yunani yang belum selesai. Para petinggi Eropa sepakat memberikan bailout senilai € 86 miliar kepada Yunani. Namun, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi mereka. Mulai dari memangkas anggaran pensiun, meningkatkan penerimaan pajak, liberalisasi pasar tenaga kerja, hingga para wakil kreditur internasional dapat terlibat langsung di Yunani dan memiliki pengawasan penuh atas rancangan undang-undang.

Memang Perdana Menteri Yunani, Alexis Tsipras telah menyetujui kesepakatan tersebut. Namun, reformasi yang akan dilakukan Negeri Para Dewa tersebut harus diratifikasi terlebih dahulu oleh parlemen pada Rabu (15/7).

“Perlambatan ekonomi juga berasal dari Eropa yang berimbas pada terkoreksinya harga metal industri,” tuturnya. Maklum, Eropa merupakan konsumen tembaga terbesar setelah China.

Ketiga, penguatan indeks dollar Amerika Serikat (AS). Krisis utang Yunani yang menyeret kinerja mata uang euro berimbas pada menanjaknya performa dollar AS. Lihat saja indeks dollar AS pada Selasa (14/7) pukul 15.27 WIB yang naik 0,06% dibandingkan hari sebelumnya ke level 96,913.

Apalagi pada Rabu (15/7) malam, Gubernur The Fed, Janet Yellen akan memberikan pernyataan terkait laporan kebijakan moneter paruh pertama tahun 2015 House Financial Services Committee. Jika Yellen mengungkit peluang kenaikan suku bunga acuan pada penghujung tahun, harga metal industri akan kembali tertekan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×