Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Harga emas hari ini naik ke puncak tertinggi dalam dua bulan terakhir, lantaran pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) memicu minat investor pada logam mulia.
Tambah lagi, serangan militer AS di Timur Tengah memberikan dukungan terbatas terhadap harga emas di tengah perdagangan yang terbilang sepi selama musim libuaran akhir tahun.
Mengacu Bloomberg pukul 22.01 WIB, harga emas hari ini di pasar spot naik 0,33% menjadi US$ 1.515,54 per ons troi, setelah sempat mencapai rekor tertinggi sejak 25 Oktober di US$ 1.515,80. Sedang harga emas berjangka AS turun tipis 0,04% ke posisi US$ 1.517,50.
Baca Juga: AS gempur Irak dan Suriah, harga emas hari ini sentuh level tertinggi
"Mengingat volume perdagangan yang berkurang selama musim liburan, bahkan peristiwa sensitif seperti serangan udara AS tidak memiliki dampak yang cukup untuk menjaga harga emas naik tinggi," kata Analis Bank of China International Xiao Fu.
"Pergerakan kenaikan harga emas yang kita lihat hari ini sebagian besar disebabkan oleh pelemahan dolar AS," ujar dia kepada Reuters.
Dolar AS hari ini tergelincir terhadap enam mata uang utama dunia, dengan mencatat penurunan persentase satu hari terbesar sejak Maret lalu. Pelemahan dolar negeri uak Sam membuat emas lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain.
Sementara militer AS pada Ahad (29/12) melakukan serangan udara di Irak dan Suriah terhadap kelompok milisi yang didukung Iran. Ini memberikan dukungan terbatas terhadap emas yang digunakan sebagai investasi yang aman di saat ketidakpastian geopolitik dan ekonomi.
Minat investor terhadap emas melonjak tahun ini karena ketidakpastian geopolitik, termasuk protes di Hong Kong dan ketegangan di semenanjung Korea, serta perang tarif AS-China yang berdampak kepada pertumbuhan ekonomi global.
Baca Juga: Harga emas Antam tak berubah pada level Rp 762.000, Senin (30/12)
Harga emas sudah naik hampir 18% sepanjang tahun ini dan berada di jalur kenaikan tahunan terbesar sejak 2010 lalu. Namun, perkembangan perang dagang AS-China dan pertumbuhan yang lambat tapi stabil dalam ekonomi global bisa mengurangi reli emas di tahun depan.
"Emas sebagai aset tanpa bunga akan menghadapi tantangan besar karena pasar mempertimbangkan risiko penurunan yang memudar dan nada geopolitik yang lebih lembut," sebut Benjamin Lu, Analis Phillip Futures dalam sebuah catatan.
"Harga emas kemungkinan akan mengalami kenaikan bullish di tengah tingginya optimisme pasar untuk kuartal satu 2020," imbuh dia seperti Reuters lansir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News