kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Diserang katalis negatif, paladium tetap naik


Jumat, 14 Oktober 2016 / 18:50 WIB
Diserang katalis negatif, paladium tetap naik


Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Di tengah gempuran spekulasi kenaikan suku bunga The Fed dan buruknya sajian data neraca perdagangan China, harga paladium berhasil merangkak naik. Hanya saja analis menduga kenaikan ini masih rentan koreksi untuk pergerakan sepanjang pekan depan.

Mengutip Bloomberg, Jumat (14/10) pukul 16.05 WIB harga paladium kontrak pengiriman Desember 2016 di New York Mercantile Exchange melesat 0,53% di level US$ 640,25 per ons troi dibanding hari sebelumnya. Walau dalam sepekan terakhir harga ini sudah tergerus 4,06%.

Ibrahim, Direktur PT Garuda Berjangka menuturkan kenaikan ini tidak lebih karena dukungan aksi teknikal bargain hunting yang dilakukan pasar untuk ambil untung. Sebab penurunan harga yang terjadi beberapa waktu terakhir sudah cukup signifikan.

Ditambah lagi, “posisi USD terhitung melemah setelah data klaim penganggurannya negatif dan kekhawatiran pasar akan prospek ekonomi global yang negatif menguntungkan yen dan safe haven,” ujar Ibrahim.

Pelaku pasar memilih untuk beralih ke yen daripada USD untuk mencari keuntungan. Efeknya USD pun terkikis.

Pemicu utama kekhawatiran pasar ini datang setelah neraca perdagangan China September 2016 turun dari 346 miliar yuan menjadi 278 miliar yuan. Dengan ekspor yang mengalami penurunan terdalam sejak Februari 2016 lalu. Tentunya ini mengikis harapan pasar akan membaiknya perekonomian China ke depannya.

“Ada dua sisi imbas dari data China ini, pertama jelas mengempiskan harapan kenaikan permintaan paladium di masa datang tapi sisi lain memicu meningkatnya daya tarik safe haven untuk berlindung,” jelas Ibrahim.

Faktor kedua lah yang ternyata lebih dominan dan berhasil mengangkat harga paladium. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×