kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Direktur Sarimelati Kencana Jeo Sasanto baru berani investasi saham setelah IPO PZZA


Jumat, 21 Agustus 2020 / 13:41 WIB
Direktur Sarimelati Kencana Jeo Sasanto baru berani investasi saham setelah IPO PZZA


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Punya bekal ilmu ekonomi tidak serta merta membuat Jeo Sasanto percaya diri dalam berinvestasi di pasar modal. Pria yang saat ini menjabat sebagai Direktur PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) ini justru lebih memilih berinvestasi pada instrumen properti.

Padahal, Jeo mengaku saat itu teman-temannya banyak yang mengajak dirinya untuk berinvestasi di pasar modal. Hanya saja, pertimbangan tidak memiliki waktu untuk memonitor dan menganalisa pergerakan harga saham membuat pria lulusan Universitas Tarumanegara ini mengurungkan niatnya.

“Apalagi adanya berita horor tentang adanya beberapa perusahaan terkemuka yang harga sahamnya menjadi gocap. Hingga perusahaan yang akhirnya delisting padahal sahamnya sempat melambung tinggi pada awal initial public offering (IPO),” kata Jeo kepada Kontan.co.id, Kamis (20/8).

Baca Juga: PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) Tetap Membuka Gerai Pizza Hut Baru Tahun 2020 ini

Bagi pria yang menekuni ilmu akuntansi ini, dalam berinvestasi tentu harus ada prinsip yang dipegang. Menurut dia, dalam berinvestasi saham, setidaknya harus mengerti bisnis dan fundamental perusahaan yang dipilih. Selain itu, bermain saham juga menuntut pelakunya untuk selalu update terkait informasi di pasar modal.

Dengan pertimbangan tersebut, Jeo akhirnya mengurungkan niatnya untuk terjun ke dunia saham. Ia lebih memilih instrumen properti dan deposito yang relatif lebih aman dan mudah.

Seiring waktu berjalan, akhirnya Jeo terjun juga ke dunia saham. Kejadian tersebut berbarengan dengan proses IPO Sarimelati Kencana pada Mei 2018 silam. Sebagai chief financial officer (CFO) perusahaan publik, Jeo merasa dirinya harus mengerti seluk-beluk pasar modal. Akhirnya saham PZZA menjadi saham pertama yang masuk koleksinya.

Baca Juga: Amankan portofolio dengan beli berbagai kelas aset

“Tak pelak, saya langsung mulai menambah ilmu agar mengerti tentang dunia saham. Mulai dari membaca, ikut pelatihan, hingga mencari nasihat dari kolega yang sudah berpengalaman. Bahkan saya juga meminta nasihat dari teman-teman yang gagal dan kapok untuk berinvestasi saham,” kata pria kelahiran 1968 ini.

Baru menggeluti dunia saham selama dua tahun, suka dan duka sudah pernah dirasakan oleh pria asal Medan ini. Salah satu momen menyenangkan yang ia rasakan adalah melambungnya kenaikan saham perbankan yang dia koleksi hingga 35% dalam waktu kurang dari sebulan. Ini menjadi salah satu faktor yang meyakinkan Jeo untuk terus berinvestasi di saham.

“Kalau yang kerugian, datang dari salah satu saham yang hingga sekarang masih di-suspend. Padahal saham tersebut mewakili 10% dari investasi total sehingga benar-benar menjadi pengalaman bagi saya agar lebih hati-hati di kemudian hari,” tutur Jeo.

invBaca Juga: Mengatur Portofolio Investasi Asuransi agar Nasabah Tak Merugi

Tips Investasi

Berdasarkan pengalamannya bermain dan mempelajari dunia saham, Jeo menyimpulkan setidaknya terdapat tiga hal yang bisa dijadikan acuan. Pertama adalah high gain, high risk. Para investor saham tentu harus sadar bahwa investasi saham tidak selamanya menguntungkan, bila perlu harus bersedia untuk cut loss.

Salah satu yang terpenting dalam menentukan portofolio saham adalah memilih perusahaan mapan dengan reputasi management yang sudah teruji bertahan melewati beberapa dekade. Lebih baik lagi jika perusahaan tersebut menghasilkan produk untuk konsumsi harian masyarakat.

Kedua, setiap perusahaan yang punya bisnis dan fundamental bagus, harga saham yang turun pasti akan naik lagi suatu waktu. Dengan demikian, sebaiknya investor tidak memiliki tekanan atau batas waktu untuk menjual. Sehingga saham tersebut sebaiknya dibiarkan hingga mencapai target yang telah ditentukan, jika sudah tercapai baru dijual.

“Bahkan jika sebuah perusahaan memang mapan dan punya bisnis dan manajemennya solid, bisa juga kita simpan tanpa ada niat menjual. Cara ini cocok bagi yang tidak memiliki waktu untuk monitor saham terus menerus,” sambung dia.

Baca Juga: Punya Saham yang Delisting Akibat Krisis, Ini Kiat Investasi CEO Indomobil Finance

Terakhir, Jeo menekankan pentingnya share risk. Oleh karena itu, sebaiknya portofolio saham dibagi ke beberapa bidang usaha yang berbeda. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko apabila terjadi penurunan bisnis yang drastis pada satu usaha tertentu.

Di tengah adanya pandemi virus corona saat ini, Jeo menyebut kondisi ini merupakan kesempatan bagi investor saham untuk untung besar atau justru rugi besar. Bagi investor yang tidak mau ambil risiko, maka beralih ke cash atau deposito bisa jadi opsi utama. Bagi investor agresif ini tentu jadi pintu masuk yang potensial.

“Sekarang adalah waktu yang tepat untuk mulai mengoleksi saham yang sedang turun. Tapi dalam memilih sahamnya tentu cari yang punya fundamental baik, bisnis yang masih berkembang, punya manajemen yang kuat, dan mengacu ketiga poin yang sudah saya sebutkan sebelumnya,” pungkas Jeo.

Baca Juga: Lo Kheng Hong, Petrosea, dan Kesabaran Menanti Harapan Jadi Kenyataan

Selain investasi dalam bentuk saham, properti, dan deposito, Jeo juga menilai kebutuhan pendidikan untuk anak-anaknya adalah salah satu bentuk investasi. Hal ini tidak terlepas dari pentingnya sebuah pendidikan bagi sang buah hati, ditambah lagi jaman sekarang biaya pendidikan tidaklah murah.

"Jadi pendidikan anak ini sebuah investasi karena perlu dipikirkan dan direncanakan sedini mungkin mengingat jumlahnya yang besar. Sehingga dengan perencanaan awal yang lebih baik, diharapkan investasi pendidikan anak juga bisa berbuah dengan baik," kata Jeo.

Oleh karena itu, bagi orang tua seperti dirinya, penting untuk bisa mengetahui bakat dan minat sang anak sejak sedari kecil. Hal ini guna memudahkan perencanaan untuk menyesuaikan minat dan bakat dengan jurusan dan sekolah yang akan diambil nantinya. "Pada akhirnya, semua persiapan yang dilakukan saat ini bisa mendukung pilihan pendidikan untuk anak ke depannya," pungkas Jeo.

Baca Juga: Indomie, gurita bisnis Salim Group, dan kekayaan pemiliknya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×