kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.908.000   1.000   0,05%
  • USD/IDR 16.212   -17,00   -0,10%
  • IDX 6.865   -12,86   -0,19%
  • KOMPAS100 999   -3,55   -0,35%
  • LQ45 764   -2,07   -0,27%
  • ISSI 226   -1,00   -0,44%
  • IDX30 393   -1,12   -0,29%
  • IDXHIDIV20 455   -0,68   -0,15%
  • IDX80 112   -0,32   -0,28%
  • IDXV30 114   0,03   0,02%
  • IDXQ30 127   -0,74   -0,58%

Harga Ayam Broiler Membaik, Cermati Prospek Emiten Poultry di Semester II-2025


Minggu, 06 Juli 2025 / 15:27 WIB
Harga Ayam Broiler Membaik, Cermati Prospek Emiten Poultry di Semester II-2025
ILUSTRASI. Salah satu peternakan ayam PT Sierad Produce Farm Cimaung, Serang Banten. Kinerja emiten sektor pakan ternak dan unggas (poultry) diperkirakan akan mencatatkan perbaikan laba pada semester II-2025.


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja emiten sektor pakan ternak dan unggas (poultry) diperkirakan akan mencatatkan perbaikan laba pada semester II-2025. 

Prospek ini didorong oleh beberapa faktor, seperti kenaikan harga ayam broiler (live bird/LB), berkurangnya dampak impor grandparent stock (GPS) tahun 2024, serta peningkatan belanja pemerintah. 

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan, menyatakan bahwa prospek sektor poultry pada paruh kedua 2025 diperkirakan lebih baik dibandingkan semester pertama. 

“Pertama, mulai Mei hingga Juni 2025, terlihat pemulihan bertahap harga ayam broiler dan DOC (day old chick),” ujar Ekky pada Jumat (4/7).

Baca Juga: Laba 2024 Naik, Prospek Emiten Poultry Masih Ciamik

Ia menambahkan, pemulihan tersebut juga ditopang oleh intervensi pemerintah seperti pemusnahan telur tetas (hatching egg), DOC dan indukan, penetapan harga dasar ayam hidup, serta program penyerapan unggas mati melalui cadangan pangan.

Faktor kedua yang mendukung prospek sektor ini adalah perluasan program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang meningkatkan permintaan ayam, terutama dari kalangan pelajar.

Pemerintah menargetkan penerima MBG meningkat menjadi 20 juta orang pada Agustus dan 82,9 juta orang hingga akhir 2025. Hal ini diharapkan dapat menstabilkan permintaan unggas sepanjang semester kedua.

Meski demikian, Ekky menyoroti bahwa daya beli masyarakat yang masih lemah dan fluktuasi harga ayam hidup yang kerap berada di bawah titik impas tetap menjadi tantangan utama.

Baca Juga: Potensi Perbaikan Harga Hingga Peningkatan Permintaan Dorong Prospek Sektor Unggas

Ia menilai permintaan struktural belum pulih secara organik, sementara kondisi pasar saat ini masih kelebihan pasokan.

Analis BRI Danareksa Sekuritas, Wilastita Muthia Sofi, mencatat bahwa harga rata-rata ayam broiler pada Juni 2025 mencapai Rp 17.800/kg, naik 6% secara bulanan (mom), tetapi turun 7% secara tahunan (yoy). 

Secara triwulanan, harga rata-rata pada kuartal II-2025 tercatat Rp 16.800/kg, turun 15% secara kuartalan (qoq) dan 19% yoy. 

Wilastita memperkirakan perbaikan laba pada semester II-2025 akan ditopang oleh harga ayam broiler yang lebih baik, dampak penurunan impor GPS, peningkatan belanja pemerintah, serta pelaksanaan program MBG.

Selain itu, biaya pakan diperkirakan tetap menguntungkan berkat program stabilisasi harga jagung lokal oleh pemerintah.

Ia memproyeksikan harga jagung lokal pada 2025 berada di kisaran Rp 5.600/kg, sementara harga bungkil kedelai (soybean meal/SBM) diperkirakan sebesar US$ 324/ton, di tengah prospek ekonomi global yang lemah. 

Baca Juga: Harga Ayam Susut, Peternak Kusut

Namun, Wilastita mengingatkan bahwa risiko terbesar sektor ini mencakup pelemahan daya beli, gangguan pasokan bahan baku, serta intervensi pemerintah.

Sementara itu, Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo, menyebut bahwa kinerja PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) saat ini ditopang oleh harga jagung yang menurun serta stabilnya volume penjualan.

Namun, ia menilai pertumbuhan pendapatan (top line) masih terbatas akibat lemahnya daya beli. Di sisi lain, potensi peningkatan kuota impor juga menjadi ancaman tersendiri karena bisa memperparah kondisi kelebihan pasokan. 

Abdul memperkirakan kinerja pada kuartal II dan III cenderung melemah karena normalisasi daya beli serta minimnya momen perayaan yang biasanya mendorong konsumsi unggas. Selain itu, curah hujan yang tinggi juga bisa memicu kenaikan harga jagung.

Dari sisi saham, Ekky menilai posisi saat ini menarik untuk akumulasi. Ia merekomendasikan beli untuk saham JPFA di harga saat ini, yang telah berbalik arah dari titik support di Rp 1.440.

Jika tren kenaikan berlanjut, saham JPFA berpotensi menguat ke Rp 1.650, bahkan Rp 1.840.

“CPIN juga menunjukkan tanda-tanda rebound, dengan target jangka pendek menguji level tertinggi sebelumnya di Rp 5.000, dan potensi jangka panjang mencapai Rp 5.600 jika momentum kenaikan berlanjut,” tambah Ekky.

Selanjutnya: Bank Digital Mampu Cetak Pertumbuhan Laba Lebih Tinggi Dibanding Bank Konvensional

Menarik Dibaca: Strategi Mengatur Anggaran Olahraga Remaja agar Tetap Hemat & Efektif

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×