Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) memandang positif pasar saham Indonesia pada semester kedua 2023. Sektor-sektor berikut ini dianggap layak untuk dipantau saat kondisi makro yang kuat.
Senior Portofolio Manager Equity MAMI, Caroline Rusli, mengatakan, volatilitas pasar akan cenderung tinggi selama paruh pertama dan beralih menjadi lebih positif menjelang akhir tahun 2023, terutama ketika The Fed sudah mencapai puncak suku bunganya.
Mayoritas bank sentral dunia telah mencapai puncak suku bunga bakal menjadi katalis positif. Seiring dengan meredanya inflasi global, perhatian selanjutnya akan beralih kepada menunggu waktu pemangkasan suku bunga guna mendorong perekonomian.
Baca Juga: Simak Enam Saham Rekomendasi Indo Premier Sekuritas untuk Pekan Ini
Pasalnya, tekanan pada ekonomi Amerika Serikat (AS) semakin terasa atas dampak pengetatan suku bunga. Beberapa indikator ekonomi menunjukkan tekanan di berbagai sektor, bahkan indeks keyakinan dunia usaha sudah di posisi lebih rendah dari periode pandemi.
Namun, Caroline menjelaskan, suku bunga bukan satu-satunya alat yang digunakan The Fed dalam memitigasi volatilitas pasar.
Meningkatnya volatilitas di sektor keuangan tidak serta merta membuat The Fed untuk menurunkan suku bunga. Bank sentral AS memiliki alat lainnya untuk memitigasi kondisi di luar risiko sistemik, apalagi melihat inflasi di sektor jasa yang masih cukup persisten.
Selain itu, perbedaan pertumbuhan ekonomi Asia dengan negara maju diperkirakan akan semakin mencolok di paruh kedua tahun ini. Pulihnya aktivitas domestik dan meningkatnya perdagangan intra-Asia menjadi bantalan bagi ekonomi Asia di tengah melambatnya permintaan dari kawasan negara maju. Inflasi Asia yang lebih rendah memberi ruang kebijakan bank sentral untuk menopang ekonomi.
Caroline mencermati, performa ekonomi China setelah pelonggaran dan normalisasi aktivitas tumbuh cukup baik. Momentum pemulihan ekonomi tercermin dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar 4,5% YoY pada kuartal I-2023, lebih tinggi dibandingkan ekspektasi 4,0% yoy.
Baca Juga: IHSG Diprediksi Melemah, Intip Rekomendasi Saham BRI Danareksa untuk Senin (26/6)
Namun akhir-akhir ini kondisi ekonomi menunjukkan data yang variatif. Sektor yang berhubungan dengan ekonomi domestik menunjukkan pemulihan, sementara sektor yang berhubungan dengan aktivitas eksternal menunjukkan pelemahan.
“Pelemahan sektor manufaktur yang berkepanjangan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pertumbuhan upah pekerja yang pada ujungnya bisa berdampak pada kemampuan konsumsi masyarakat,” ujar Caroline dalam siaran pers, pekan lalu.
Sementara, Caroline melihat, Indonesia menawarkan stabilitas dan kondisi perekonomian yang terjaga baik di tengah kondisi global yang masih tidak menentu. Outlook pasar keuangan Indonesia diharapkan akan menjadi semakin positif yang didukung oleh beberapa tema utama di paruh kedua 2023.
Selama paruh pertama kebijakan moneter cenderung berfokus pada stabilitas, di paruh kedua tahun ini mulai terbuka peluang penyesuaian kebijakan yang lebih akomodatif. Hal itu seiring dengan potensi suku bunga The Fed yang diperkirakan sudah mencapai puncak, inflasi mereda, selisih suku bunga riil tinggi dan nilai tukar Rupiah yang kuat.
Perkembangan inflasi domestik dari kegiatan yang berkaitan dengan pemilu, serta perkembangan inflasi AS turut menjadi faktor yang akan mempengaruhi lintasan kebijakan moneter Bank Indonesia (BI).
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham INDF, ASII, ACES, TOWR untuk Perdagangan Senin (26/6)
Selain itu, potensi defisit fiskal dan pembiayaan pemerintah dinilai lebih baik. Didukung pendapatan yang kuat, surplus anggaran Indonesia sepanjang empat bulan pertama di tahun ini melebar ke rekor tertinggi sebesar 1,1% dari PDB. Perkiraan defisit anggaran tahun ini yang lebih rendah berpotensi mengurangi penerbitan obligasi.
Caroline menilai pengaruh dari faktor eksternal relatif akan lebih rendah. Disiplin fiskal dan pasar domestik yang besar mengurangi kerentanan Indonesia terhadap perubahan eksternal. Deglobalisasi dan polarisasi dunia menguntungkan negara dengan situasi geopolitik yang relatif stabil seperti Indonesia. Meningkatnya perhatian pada aspek lingkungan, sosial dan tata kelola menguntungkan Indonesia sebagai bagian dari rantai pasokan energi terbarukan.
Sayangnya pandangan yang lebih positif terhadap ekonomi Indonesia belum tercermin pada kinerja pasar saham di tahun ini. Stabilitas dan kondisi perekonomian Indonesia yang terjaga baik sayangnya kurang mendapatkan apresiasi yang sepadan terutama dari investor domestik, kondisi inilah yang menyebabkan pergerakan pasar saham menjadi lesu.
“Investor asing justru memiliki optimisme yang lebih baik pada pasar saham Indonesia terlihat dari arus masuk yang cukup konsisten bahkan ketika terjadi guncangan di pasar keuangan global,” imbuh Caroline.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Teknikal Saham AUTO, TOWR, CLEO, dan NRCA untuk Senin (26/6)
Di paruh kedua 2023, Manulife mengharapkan sentimen pasar akan beralih menjadi lebih positif yang didukung oleh berbagai faktor seperti profitabilitas perusahaan yang lebih baik. Tercatat kurang lebih 67% dari perusahaan yang merilis kinerja keuangan kuartal pertama 2023 berhasil memenuhi dan mengalahkan ekspektasi konsensus, sehingga membuka peluang kenaikan earnings di tahun ini.
Selain itu, valuasi pasar saham dinilai relatif rendah dan meningkatnya aktivitas domestik terkait belanja pemilu jelang akhir tahun akan menjadi sentimen positif.
Adapun beberapa sektor berikut ini layak dipantau apabila melihat latar belakang kondisi makro yang kuat dan penyelenggaraan pemilu di tahun 2024.
· Financials
Terutama pada bank besar di mana pertumbuhan profitabilitasnya masih kuat didukung oleh kondisi likuiditas yang terus membaik (menekan cost of fund) dan pertumbuhan kredit yang sehat. Masalah yang terjadi pada perbankan di AS dan Eropa turut meningkatkan daya tarik sektor perbankan Indonesia yang menawarkan fundamental baik, pergeseran arus investasi ini menjadi salah satu penyebab dari all time high beberapa emiten bank besar Indonesia.
· Consumer staples
Baca Juga: Saham Sektor Telekomunikasi Punya Prospek Positif, Simak Faktor Pendorongnya
Kami menantikan katalis yang lebih positif di sektor ini ketika belanja pemerintah dan aliran dana kampanye mulai terdistribusi secara masif. Laporan keuangan kuartal I-2023 menunjukkan kinerja yang cukup berbeda antara perusahaan yang menargetkan konsumen menengah ke atas dan menengah ke bawah. Perusahaan yang menargetkan menengah ke atas kinerja penjualan dan profitnya menguat, sedangkan yang menengah ke bawah terlihat trading down ke barang yang lebih rendah harganya, sehingga penjualan dan profit cenderung lebih melemah.
· Materials
Sektor ini menjadi bagian dari rantai pasokan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) dengan preferensi eksposur pada emiten yang lebih banyak mendapatkan kontribusi pendapatan dari upstream dibandingkan downstream, karena situasi oversupply smelter yang akan terus bertambah dalam beberapa tahun ini. Di samping itu, kami juga terus mencermati likuiditas dan volatilitas untuk memastikan pengelolaan investasi memberikan hasil optimal dengan risiko yang terkendali.
Baca Juga: IHSG Hari Ini Diramal Melemah, Intip Rekomendasi Saham untuk Senin (26/6)
· Telecommunication Services
Sektor ini berpotensi diuntungkan dari aliran dana kampanye lewat meningkatnya belanja masyarakat akan pulsa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News