Sumber: The Straits Times | Editor: Noverius Laoli
Suatu penawaran dianggap “adil” jika nilainya sama atau lebih tinggi dari nilai saham yang ditawarkan.
Dalam menilai kewajaran penawaran, IFA juga mempertimbangkan beberapa faktor, termasuk konsentrasi hak suara, likuiditas saham, dan potensi penawaran alternatif.
Sebelumnya, Asosiasi Investor Sekuritas Singapura (SIAS) pada 5 Mei menyampaikan bahwa banyak pemegang saham minoritas menyatakan keberatan terhadap harga awal 31 sen, yang dinilai terlalu rendah dan bersifat eksploitatif.
Baca Juga: Forbes: Kekayaan Keluarga Widjaja Melonjak 75% pada 2024 Jadi Rp 300 Triliun
SIAS mencatat nilai aset bersih per saham Sinarmas Land per 31 Desember 2024 adalah sekitar 85 sen, sehingga tawaran awal mencerminkan diskon hingga 63,6%. SIAS juga mempertanyakan metode penilaian yang digunakan oleh IFA.
Menanggapi hal itu, W Capital Markets menyatakan pada 6 Mei bahwa metode penilaiannya telah sesuai dan konsisten dengan praktik industri yang berlaku umum.
Tawaran untuk Sinarmas Land terjadi di tengah tren meningkatnya aksi privatisasi pada 2025.
Hingga kini, setidaknya sembilan perusahaan lain telah mengumumkan rencana delisting, termasuk SLB Development, PEC, Sin Heng Heavy Machinery, Econ Healthcare, Murata Manufacturing, ICP, Amara Holdings, Procurri Corp, dan Ban Leong Technologies.
Baca Juga: Prudential Plc Pertimbangkan Penjualan Saham Minoritas Eastspring Investments
Sementara itu, dua perusahaan lainnya, Japfa dan Paragon Real Estate Investment Trust, telah menerima tawaran untuk diambil alih secara privat.
Selanjutnya: Penguatan SDM Melalui Pendidikan, Begini Langkah Mind Id
Menarik Dibaca: Airbnb Perkenalkan Fitur Baru, Pengguna Bisa Pilih Berbagai Layanan dan Pengalaman
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News