Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan yang menimpa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di tahun ini tak menghalangi sejumlah saham untuk mencetak lonjakan harga secara signifikan. Ketika IHSG terjun pada akhir 2024, sederet saham ini justru terbang ratusan hingga ribuan persen.
Jika mengukur persentase kenaikan harga yang lebih dari 100%, saham-saham ini dapat dikategorikan mencapai multibagger. Beda nasib dengan IHSG yang secara year to date mengakumulasi penurunan sedalam 3,25% hingga perdagangan Jumat (27/12).
Pada periode yang sama, saham PT Meratus Jasa Prima Tbk (KARW) bisa meroket setinggi 4.840%. PT Fortune Indonesia Tbk (FORU) membuntuti dengan mengakumulasi kenaikan harga saham sebanyak 2.670,37%.
Di posisi berikutnya ada PT Solusi Kemasan Digital Tbk (PACK) yang melaju sejauh 1.455,56%. PT Techno9 Indonesia Tbk (NINE) tancap gas di akhir tahun hingga mencapai lonjakan harga 1.211,11%.
PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) ikut unjuk gigi dengan mengakumulasi kenaikan harga setinggi 1.087,90%. Performa saham PT Geoprima Solusi Tbk (GPSO) juga mentereng dengan lonjakan harga 895,93%.
Baca Juga: Insentif PPN DTP Berlanjut di 2025, Simak Rekomendasi Saham CTRA, SMRA, PWON, LPKR
Saham lain yang harganya naik di atas 500% adalah PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk (JSPT) yang melesat 733,98%, PT Sejahtera Anugrahjaya Tbk (SRAJ) menguat 686,67%, PT Klinko Karya Imaji Tbk (KLIN) melejit 614,29% dan PT Green Power Group Tbk (LABA) yang melonjak 512%.
Selain itu, sejumlah saham milik konglomerat atau grup bisnis besar juga mampu cuan ratusan persen. Di antaranya ada PT Petrosea Tbk (PTRO) yang menguat 439,05%, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) naik 361,25% dan PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) yang melonjak 226,53%.
Dengan lonjakan harga tersebut, DSSA dan PANI bahkan menembus barisan Top 10 kapitalisasi pasar (market cap) terbesar di Bursa Efek Indonesia. Selain emiten lama, ada emiten anyar PT Daaz Bara Lestari Tbk (DAAZ) yang harga sahamnya meroket 442,04% dari harga penawaran saat Initial Public Offering (IPO).
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham dan Prospek Emiten Sektor Energi yang Melejit di 2024
Ada sejumlah faktor yang menjadi katalis pendongkrak harga saham emiten multibagger di tahun 2024. Di samping aksi korporasi, mayoritas emiten yang berganti pengendali tampak menjadi daya tarik bagi pelaku pasar.
Contohnya PT Meratus Jasa Prima Tbk (KARW) dan PT Green Power Group Tbk (LABA). Keduanya bahkan mengubah nama perusahaan usai berganti pengendali. Sebelum diakuisisi oleh Grup Meratus, KARW bernama PT ICTSI Jasa Prima Tbk.
Sementara LABA dulunya adalah PT Ladangbaja Murni Tbk sebelum PT Nev Stored Energy menjadi pengendali. LABA bahkan menggeser fokus bisnisnya dengan merambah ekosistem kendaraan listrik, melalui pembuatan battery pack dan battery swap cabinet.
Berikutnya ada PACK yang akan masuk ke bisnis perdagangan nikel usai ganti pengendali ke tangan PT Eco Energi Perkasa. Terbaru, ada NINE yang 70% sahamnya akan diambil alih oleh perusahaan asal Singapura, Poh Group Pte. Ltd.
Selain itu, aksi korporasi emiten juga menyita perhatian pasar. Seperti aksi pemecahan nilai nominal saham alias stock split yang dilakukan oleh dua emiten konglomerasi di sektor energi, yakni DSSA dari Sinar Mas dan PTRO milik taipan Prajogo Pangestu.
Baca Juga: Saham Sektor Energi Juara di 2024, Simak Prospek dan Rekomendasi untuk 2025
Praktisi Pasar Modal Raden Bagus Bima melihat saham-saham yang harganya mampu melejit di level multibagger umumnya memiliki sejumlah katalis yang unik. Hanya saja, Bima memberikan catatan bahwa saham-saham yang meroket ratusan hingga ribuan persen itu tidak otomatis dibarengi oleh perbaikan fundamental yang jelas.
Secara valuasi pun belum tentu masih dalam posisi yang wajar dibandingkan rata-rata industrinya. Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan menambahkan, sebagian saham yang mencapai multibagger pada tahun 2024 adalah saham dengan kategori lapis ketiga, yang umumnya bukan didorong oleh perbaikan fundamental yang solid.
"Pergerakan (harga saham) ini lebih dipengaruhi oleh aksi spekulasi, dengan likuiditas yang sering kali tidak memadai untuk mendukung kenaikan harga tersebut. Saham dengan kenaikan ekstrem sering kali berisiko karena potensi koreksi yang signifikan di masa depan," ungkap Ekky kepada Kontan.co.id, Minggu (29/12).
Baca Juga: Warren Buffett Investasikan 35% Portofolionya di 3 Saham Perusahaan AI
Founder WH-Project William Hartanto sepakat, sebagian saham yang mencapai multibagger pada tahun 2024 didorong oleh euforia pasar atau spekulasi terhadap aksi korporasi yang cenderung bisa mengubah ekspektasi pasar pada prospek emiten ke depan.
Sebagian saham multibagger juga masuk ke dalam papan pemantauan khusus, yang diperdagangkan dengan skema Full Call Auction (FCA). Meski begitu, William mengamati beberapa saham multibagger yang secara teknikal bergerak naik secara wajar.
William mencontohkan saham PTRO. "Sebagian (saham multibagger di 2024) spekulasi terhadap aksi korporasi, karena beberapa saham itu kelompak FCA. Yang tergolong wajar ada PTRO, karena kenaikan bertahap, tidak dengan gap maupun spiking volume," jelas William.
Founder Stocknow.id Hendra Wardana menambahkan, selain PTRO, PANI menjadi saham fenomenal yang harganya melonjak signifikan pada tahun ini. Di samping sentimen dari aksi korporasi, pelaku pasar tampak melihat kedua emiten tersebut punya potensi besar pada sektor bisnisnya masing-masing.
Baca Juga: Prospek Saham Bank Unggulan di Tahun 2025
Strategi untuk Saham Multibagger
Terhadap saham-saham yang mencapai multibagger pada tahun 2024, Hendra menyarankan strategi trading dan investasi yang disesuaikan dengan prospek masing-masing emiten. Untuk saham dengan prospek bisnis yang relatif solid seperti PANI dan PTRO, Hendra menyarankan hold atau menambah koleksi dengan hati-hati.
Sedangkan untuk saham multibagger lainnya, pelaku pasar bisa melakukan profit taking secara bertahap. "Diversifikasi portofolio juga penting untuk mengelola risiko, terutama pada saham yang cenderung fluktuatif. Pendekatan wait and see pada saham yang sedang terkoreksi juga dapat dilakukan dengan memperhatikan tren harga dan sentimen pasar," kata Hendra.
Senada, Bima menyarankan untuk tidak langsung menjual seluruh kepemilikan pada saham yang sudah naik signifikan. "Karena bisa saja market masih berkonsentrasi terhadap penguatannya, namun tetep kurangi risiko dengan menjual sebagian. Investor jangka pendek bisa memanfaatkan fitur trailing stop untuk mengantisipasi penurunan secara tiba-tiba," terang Bima.
Baca Juga: Rupiah Diproyeksi Melemah Terbatas di Perdagangan Senin (30/12)
Bima juga menyarankan wait and see pada saham yang menunjukkan perbaikan secara fundamental, maupun yang didukung oleh sentimen positif baru dari aksi korporasinya. Sementara itu, Head of Investment Heksa Solution Insurance Agung Ramadoni menilai hampir seluruh saham-saham yang mencapai multibagger tahun ini sudah dalam posisi valuasi yang mahal.
Agung menyarankan sell on strength untuk merealisasikan keuntungan. Strategi lainnya, bisa hold secara selektif terhadap saham yang masih punya story atau potensi adanya katalis positif seperti pada saham PTRO.
William juga menyarankan profit taking terhadap saham yang sudah mencapai multibagger pada tahun ini. Apalagi menjelang pergantian tahun, biasanya ada semacam rebalancing di awal tahun berupa aksi distribusi pada saham-saham yang sudah naik tinggi.
Sementara itu, Ekky menyarankan untuk menghindari saham-saham dengan volatilitas tinggi dan likuiditas yang tidak memadai. Sebab ketika harga berbalik arah, jarang ada peluang untuk menjual karena umumnya penurunan harga terjadi secara cepat dan drastis.
Menurut Ekky, strategi trailing order pun sering kali tidak efektif dalam menghadapi situasi seperti itu. Apalagi di tengah situasi pasar seperti saat ini, Ekky lebih menyarankan untuk fokus pada saham emiten dengan rekam jejak yang jelas, lebih stabil dan terukur.
Selanjutnya: Inflasi Indonesia Diproyeksikan Mencapai 1,62% pada Akhir 2024, Naik ke 2,53% di 2025
Menarik Dibaca: Solusi Rumah Tangga Praktis untuk Sambut Tahun Baru
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News