Sumber: The Straits Times | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Keluarga Widjaja melalui Lyon Investments menaikkan tawaran pengambilalihan terhadap Sinarmas Land sebesar 21% menjadi 37,5 sen per saham pada 10 Mei 2025.
Kenaikan ini menyusul kritik dari pemegang saham minoritas yang menilai tawaran awal sebesar 31 sen per saham terlalu rendah.
Lonjakan harga tawaran ini mendorong saham Sinarmas Land naik sekitar 17% menjadi 38 sen pada perdagangan 13 Mei di Bursa Efek Singapura (SGX).
Dengan tawaran baru tersebut, nilai total akuisisi mencapai sekitar 1,6 miliar dolar Singapura. Lyon Investments, yang dikendalikan oleh keluarga Widjaja—salah satu keluarga terkaya di Indonesia juga memperpanjang tenggat penutupan penawaran dari 14 Mei menjadi 29 Mei 2025.
Baca Juga: Keluarga Widjaja Kerek Tawaran Harga Saham Sinarmas Land Usai Dikritik Pemegang Saham
Sinarmas Land merupakan salah satu pengembang properti terbesar di Indonesia dan bagian dari konglomerat Sinarmas, yang juga memiliki Golden Agri-Resources, perusahaan yang turut tercatat di SGX.
Per 9 Mei, Lyon Investments telah memperoleh persetujuan dari pemegang saham yang menguasai 23,85% saham Sinarmas Land. Dengan akumulasi saham sebelumnya, Lyon kini mengendalikan 94,15% perusahaan.
Dengan tingkat kepemilikan tersebut, saham publik Sinarmas Land berada di bawah 10%, yang membuka kemungkinan penghentian perdagangannya di SGX sesuai ketentuan pencatatan.
Tawaran awal untuk memprivatisasi Sinarmas Land diajukan pada 27 Maret 2025 dengan harga 31 sen per saham atau total 1,32 miliar dolar Singapura. Alasan utama yang dikemukakan adalah rendahnya likuiditas perdagangan saham perusahaan tersebut.
Pemegang saham yang telah menerima tawaran awal tidak perlu mengambil tindakan tambahan karena secara otomatis akan mendapatkan harga penawaran yang lebih tinggi.
Baca Juga: Kokoh di 5 Besar Daftar Orang Terkaya, Berikut ini Sumber Kekayaan Keluarga Widjaja
Penyesuaian nilai tawaran ini dilakukan setelah evaluasi oleh penasihat keuangan independen (IFA), W Capital Markets, yang menyebutkan bahwa tawaran tersebut “tidak adil tetapi wajar”. Nilai saham Sinarmas Land menurut penilaian IFA berada di kisaran 35 hingga 36,1 sen per saham.
Sesuai aturan pencatatan, penawaran delisting hanya dapat dilaksanakan jika dinyatakan "adil dan masuk akal", serta disetujui oleh setidaknya 75% pemegang saham independen yang hadir dalam rapat umum luar biasa.
Suatu penawaran dianggap “adil” jika nilainya sama atau lebih tinggi dari nilai saham yang ditawarkan.
Dalam menilai kewajaran penawaran, IFA juga mempertimbangkan beberapa faktor, termasuk konsentrasi hak suara, likuiditas saham, dan potensi penawaran alternatif.
Sebelumnya, Asosiasi Investor Sekuritas Singapura (SIAS) pada 5 Mei menyampaikan bahwa banyak pemegang saham minoritas menyatakan keberatan terhadap harga awal 31 sen, yang dinilai terlalu rendah dan bersifat eksploitatif.
Baca Juga: Forbes: Kekayaan Keluarga Widjaja Melonjak 75% pada 2024 Jadi Rp 300 Triliun
SIAS mencatat nilai aset bersih per saham Sinarmas Land per 31 Desember 2024 adalah sekitar 85 sen, sehingga tawaran awal mencerminkan diskon hingga 63,6%. SIAS juga mempertanyakan metode penilaian yang digunakan oleh IFA.
Menanggapi hal itu, W Capital Markets menyatakan pada 6 Mei bahwa metode penilaiannya telah sesuai dan konsisten dengan praktik industri yang berlaku umum.
Tawaran untuk Sinarmas Land terjadi di tengah tren meningkatnya aksi privatisasi pada 2025.
Hingga kini, setidaknya sembilan perusahaan lain telah mengumumkan rencana delisting, termasuk SLB Development, PEC, Sin Heng Heavy Machinery, Econ Healthcare, Murata Manufacturing, ICP, Amara Holdings, Procurri Corp, dan Ban Leong Technologies.
Baca Juga: Prudential Plc Pertimbangkan Penjualan Saham Minoritas Eastspring Investments
Sementara itu, dua perusahaan lainnya, Japfa dan Paragon Real Estate Investment Trust, telah menerima tawaran untuk diambil alih secara privat.
Selanjutnya: Penguatan SDM Melalui Pendidikan, Begini Langkah Mind Id
Menarik Dibaca: Airbnb Perkenalkan Fitur Baru, Pengguna Bisa Pilih Berbagai Layanan dan Pengalaman
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News