Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek PT Bukit Asam Tbk (PTBA) masih menghadapi tekanan, khususnya dari eksternal terkait harga hingga permintaan. Namun, prospek jangka panjang dinilai tetap menarik seiring rencana penguatan logistik hingga rekam jejak dividen.
Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila mengatakan PTBA masih akan menghadapi tekanan terkait kelebihan pasokan dan permintaan yang lemah dari China dan India.
Namun, pelonggaran perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China baru-baru ini memberi sinyal positif untuk potensi pemulihan, kendati akan terbatas.
Junior Equity Analyst Pilarmas Sekuritas, Arinda Izzaty sepakat bahwa pelonggaran ketegangan dagang berpotensi menopang permintaan, terutama dari China. Namun, faktor utama seperti transisi energi global dan pasokan tinggi tetap menekan harga batubara.
Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) Menyerap Capex Hampir Rp 1 Triliun pada Kuartal I-2025
Dia memperkirakan potensi rata-rata harga batubara (ASP) PTBA tahun 2025 di kisaran Rp 950.000 – Rp 1.000.000 per ton. Angka itu lebih rendah dari tahun 2024 akibat koreksi harga global dan porsi DMO yang lebih tinggi.
Karenanya, kinerja PTBA tahun ini diperkirakan masih mengalami tekanan. Arinda memperkirakan laba bersih PTBA berpotensi tergerus 20%-30% di 2025. "Namun, PTBA tetap solid secara fundamental dan menjaga dividen yield tinggi," sebutnya.
Meski tertekan pada tahun ini, prospek PTBA berpotensi membaik pada tahun-tahun mendatang. Ini seiring rencana penggunaan belanja modal (capex) tahun 2025 untuk penguatan infrastruktur logistik.
Arinda melihat efek dari rencana itu dapat menurunkan biaya distribusi atau logistik per ton. Lalu, meningkatkan volume penjualan dan mendorong efisiensi operasional.
Sekedar informasi, capex PTBA tahun 2025 meningkat pesat menjadi Rp 7,19 triliun. Adapun di tahun 2024, capex perusahaan pelat merah ini sebesar Rp 2,3 triliun.
Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) Terus Genjot Bisnis Nonbatubara
Analis OCBC Sekuritas, Devi Harjoto mengatakan bahwa secara strategis, proyek infrastruktur menjadi katalis jangka menengah. Proyek kereta api Tanjung Enim–Keramasan sepanjang 158 km itu dijadwalkan beroperasi pada kuartal II 2026.
Proyek ini diperkirakan mampu mengangkut hingga 20 juta ton batubara per tahun dan memberikan efisiensi biaya logistik yang signifikan.
"Meski tahun ini diprediksi menantang, kami memperkirakan laba bersih PTBA akan kembali tumbuh 15% yoy menjadi Rp 4,3 triliun pada 2026, didukung efisiensi logistik dan pemulihan volume penjualan," papar Devi.
Walaupun memang, sambung Indy, peningkatan capex yang signifikan itu dapat mendorong kenaikan biaya beban bunga. "Namun untuk potensi kapasitas produksi yang tinggi bisa berpengaruh ke pemulihan margin juga di jangka panjang, dengan tetap memantau arus kas," lanjutnya.
Di sisi lain, sejumlah risiko yang masih harus diperhatikan investor terkait PTBA, seperti potensi perubahan regulasi royalti, perlambatan produksi, hingga tertundanya proyek infrastruktur strategis.
Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) akan Bagikan Dividen Tunai, Berikut Jadwal Lengkapnya
Hanya saja, dengan yield dividen yang masih cukup menarik di kisaran 11,8% tahun ini dan 9,1% di 2026, saham PTBA dinilai tetap menjadi pilihan moderat bagi investor yang mengincar pendapatan pasif.
Devi merekomendasikan hold PTBA dengan target harga Rp 2.950. Lalu, Indy merekomendasikan speculative buy dengan target harga Rp 2.700, mengingat valuasi yang murah. Sementara Arinda merekomendasikan buy on weakness PTBA untuk jangka pendek dengan target harga Rp 2.000 - Rp 2.300.
Selanjutnya: Indeks Menabung Konsumen Kembali Menguat pada Juni 2025, LPS Beberkan Pendorongnya
Menarik Dibaca: 5 Cara Memperbaiki Tekstur Kulit agar Kembali Mulus
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News