Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Analis menilai, harga timah berpeluang bergerak volatil dalam waktu dekat di tengah adanya sentimen positif dan negatif yang berlangsung di periode bersamaan.
Mengutip Bloomberg, Rabu (17/4) lalu harga timah kontrak tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) terkoreksi 0,46% ke level US$ 20.405 per metrik ton. Tren penurunan sebenarnya telah menggelayuti harga timah sepanjang bulan ini. Tercatat, sejak akhir Maret lalu, harga komoditas ini telah melemah 4,65%.
Direktur Garuda Berjangka Ibrahim menyampaikan, sebenarnya penurunan harga timah masih ditahap wajar mengingat komoditas ini memiliki posisi harga yang jauh lebih tinggi ketimbang komoditas logam industri lainnya.
Di samping itu, mulai masifnya lagi produksi timah di China sejak akhir kuartal pertama di tengah ancaman perlambatan ekonomi global mendorong peningkatan suplai. Alhasil, harga timah berangsur-angsur turun.
Namun, potensi berbaliknya harga timah masih cukup terbuka. Hal ini didorong oleh perbaikan data-data ekonomi China yang dirilis pekan ini.
Dikutip dari Biro Statistik Nasional China, pertumbuhan ekonomi China mencapai 6,4% (yoy) pada kuartal pertama ketika dirilis Selasa (16/4) lalu. Padahal, konsensus pasar memprediksi pertumbuhan ekonomi di negara tersebut mentok di angka 6,3% (yoy).
Data penjualan ritel China juga cukup menggembirakan lantaran tumbuh 8,7% pada bulan Maret atau melampaui ekspektasi konsensus sebesar 8,3%. Begitu pula dengan data industrial production China yang melesat 8,5% pada bulan lalu.
Hasil tersebut meredakan kekhawatiran investor terhadap potensi perlambatan ekonomi China yang imbasnya bisa berskala global. “Sentimen ini tentu berdampak positif bagi harga timah mengingat China merupakan produsen sekaligus konsumen timah terbesar di dunia,” ungkap Ibrahim, Kamis (18/4).
Akan tetapi, potensi kenaikan harga timah bisa tertahan atau malah justru kembali turun di tengah penguatan indeks dollar AS.
Sepanjang hari ini, terpantau indeks dollar AS menguat 0,31% ke level 97,31 pada pukul 19.25 WIB. Penguatan indeks dollar AS umumnya akan membuat harga-harga komoditas berguguran. “Sebab transaksi komoditas termasuk timah masih menggunakan dollar AS,” ujar dia.
Maka dari itu, volatilitas harga timah akan sulit dihindari secara jangka pendek. Dari sisi teknikal, bollinger band moving average 40% di atas bollinger bawah. Artinya, harga timah masih bisa naik-turun. Indikator stochastic 70%, sedangkan MACD 60% negatif. Adapun indikator RSI masih wait and see.
Ibrahim merekomendasikan sell untuk timah. Ia memprediksi, harga timah akan bergerak di level US$ 20.250—US$ 20.420 per metrik ton pada Senin (22/4) nanti.
Sedangkan dalam sepekan ke depan harga timah diproyeksikan bergerak di kisaran US$ 20.100—US$ 20.450 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News