kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.739   21,00   0,13%
  • IDX 7.468   -11,36   -0,15%
  • KOMPAS100 1.154   0,16   0,01%
  • LQ45 915   1,77   0,19%
  • ISSI 226   -0,94   -0,41%
  • IDX30 472   1,65   0,35%
  • IDXHIDIV20 569   1,75   0,31%
  • IDX80 132   0,22   0,17%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,25   0,16%

Menguat di kuartal I, begini rekomendasi analis terhadap harga komoditas logam


Kamis, 04 April 2019 / 20:34 WIB
Menguat di kuartal I, begini rekomendasi analis terhadap harga komoditas logam


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja industri komoditas logam di kuartal I-2019 yang sukses menguat. Kenaikan harga komoditas ini diprediksi akan berlanjut pada kuartal II 2019 ini di tengah meredanya isu perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China.

Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Wibowo mengatakan potensi kenaikan harga komoditas logam ini terlihat dari fundamental yang membaik. "Potential up masih terbuka tahun ini, baik fundamental maupun tekhnikal," kata Wahyu kepada Kontan, Kamis (4/4).

Dia menjelaskan, pada tahun lalu, secara umum harga komoditas cenderung melemah. Hal ini dipicu penguatan nilai tukar dolar AS, menyambut rencana Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) untuk menaikkan suku bunga acuannya, diikuti isu perang dagang dan kondisi ekonomi global yang kurang bagus.

Kondisi tersebut sekaligus menyebabkan demand komoditas melemah, padahal supply bertambah.

Namun, di kuartal I-2019 industri komoditas logam kompak mencatatkan kenaikan. Dipimpin kenaikan harga nikel sebanyak 21,45% US$ 12.984 per metrik ton. Kenaikan lainnya disusul timah sebanyak 9,88% di harga US$ 21.400 per metrik ton, tembaga naik 8,66% di level US$ 6.482 per metrik ton, dan aluminium naik tipis 3,57% ke harga US$ 1.912 per metrik ton.

Menguatnya harga nikel didukung adanya proyeksi bahwa dalam beberapa waktu ke depan permintaan untuk lithium berpotensi naik 9 kali lipat. Sehingga, dampak turunnya memungkinkan bagi permintaan nikel naik hingga lima kali lipat.

"Jangka pendek, wajar koreksi. Jangka menengah atau medium masih bagus (prospeknya), apalagi long term cukup menjanjikan," ungkapnya.

Wahyu memperkirakan di kuartal II-2019 industri komoditas logam tersebut masih akan melanjutkan penguatannya. Di mana, kinerja timah diprediksi akan lebih baik dibandingkan nikel, dan mampu memimpin penguatan.

Disusul kenaikan harga tembaga dan aluminium masih jadi yang terendah potensi kenaikannya. "Tin masih lebih baik dari Nikel. Ini dilihat dari pergerakannya dalam lima tahun terakhir, di mana harga Tin sedang tes upper level," ujar Wahyu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×