kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.919   11,00   0,07%
  • IDX 7.206   64,80   0,91%
  • KOMPAS100 1.107   11,94   1,09%
  • LQ45 879   12,35   1,43%
  • ISSI 221   0,71   0,32%
  • IDX30 449   6,58   1,49%
  • IDXHIDIV20 540   5,75   1,08%
  • IDX80 127   1,49   1,19%
  • IDXV30 134   0,41   0,31%
  • IDXQ30 149   1,74   1,18%

Kenaikan harga nikel diprediksi pimpin harga komoditas logam di kuartal II


Kamis, 04 April 2019 / 20:15 WIB
Kenaikan harga nikel diprediksi pimpin harga komoditas logam di kuartal II


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kejelasan sentimen perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China di akhir Maret 2019 sukses membawa harga industri logam menguat di akhir kuartal I-2019. Bahkan, kenaikan harga nikel diprediksi bakal berlanjut sebagai jawara di kuartal II 2019.

Pada kuartal I-2019 harga nikel memimpin penguatan industri logam metal dengan naik sebanyak 21,45% menjadi US$ 12.984 per metrik ton. Kemudian disusul harga timah 9,88% di harga US$ 21.400 per metrik ton, tembaga naik 8,66% di level US$ 6.482 per metrik ton, dan aluminium naik tipis 3,57% ke harga US$ 1.912 per metrik ton.

"Nikel bisa lebih menguat daripada aluminium karena permintaan kendaraan listrik menguat (solusi kendaraan bebas emisi dan non migas). Apalagi, harga minyak ke depan akan semakin mahal," jelas Analis Asia Trade Point Futures Cahyo Dewanto kepada Kontan, Kamis (4/4).

Apalagi, tambahnya, Nikel merupakan bahan baku dominan yang digunakan untuk membuat baterai. Sehingga, rencana perusahaan baterai terbesar di China yakni Tsingshan Holding Group untuk memproduksi 50.000 ton baterai sepanjang 2019, dinilai sanggup menyokong penguatan harga nikel di kuartal II tahun ini.

Untuk itu, Cahyo optimistis peningkatan harga Nikel di kuartal I-2019 bakal berlanjut di kuartal berikutnya. Apalagi, harga minyak cenderung naik dan mahal, sehingga substitusinya adalah listrik dan energi surya.

Selain Nikel, harga timah dan perak juga diprediksi akan naik, seiring naiknya kebutuhan energi untuk surya, di mana perak kerap digunakan untuk solar energi. Di sisi lain, harga aluminium diprediksi penguatannya masih tipis atau tak sekuat kenaikan komoditas lain seperti Palladium, Nikel dan Emas.

Selain itu, Cahyo mengungkapkan proses negosiasi perang dagang menuju sinyal positif antara AS dan Tiongkok, dan mulai menuju kerangka konstruktif yang lebih baik. Puncak perundingan diprediksi akan terjadi April, di mana banyak pengamat menilai bahwa damai perang dagang sudah sangat dekat.

Sebagai gambaran, China merupakan konsumen tersebut untuk industri logam. Ini lantaran, negara tersebut merupakan pemain terbesar dalam industri manufaktur dunia.

"Hampir semua logam (menguat), jadi optimisme perundingan perang dagang akan memberi pengaruh positif kepada semua harga logam. Artinya, demand akan naik tergantung supply negara pengekspor-nya (China)," tandasnya.

Adapun proyeksi harga komoditas logam di kuartal II yakni Nikel US$ 12.000-US$ 14.000 per metrik ton, aluminium US$ 1.820-US$ 1.910 per metrik ton, Timah US$ 20.800-US$ 21.500 per metrik ton, dan Tembaga US$ 2.820-US$ 3.025 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×