Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rencana peningkatan produksi batubara dapat mendukung prospek kinerja PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Di lain sisi, kekhawatiran harga batubara dan regulasi yang kurang mendukung dapat menghambat pertumbuhan PTBA.
Sepanjang tahun 2024 lalu, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) melaporkan penjualan batubara tumbuh 15,94% year on year (yoy) menjadi 42,9 juta ton. Realisasi penjualan batubara PTBA tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah perusahaan.
PTBA kembali membidik penjualan batubara bakal tetap tinggi di tahun 2025. Emiten pelat merah ini menargetkan produksi batubara sebesar 50 juta ton, penjualan 50,1 juta ton, serta angkutan 43,2 juta ton.
Baca Juga: Tertekan Penurunan Harga, Saham Emiten Batubara Mana yang Masih Menarik?
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai, rencana PTBA mengerek penjualan tentunya akan berdampak positif bagi kinerja keuangan. Produksi yang digenjot diharapkan dapat memenuhi permintaan batubara dari pasar domestik maupun global.
Dengan asumsi harga batubara bakal meningkat, maka kondisi tersebut akan menggairahkan kinerja PTBA. Harga emas hitam ini diproyeksi masih positif seiring dengan permintaan dari China sebagai konsumen terbesar batubara di dunia.
Menurut Nafan, perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China dapat mendukung kenaikan harga batubara. Perang tarif antara kedua negara dapat menimbulkan kekhawatiran gangguan pasokan global yang bisa mendongkrak harga batubara.
Selain itu, China diperkirakan masih akan meningkatkan permintaan batubara untuk mendukung kedaulatan energi seiring dengan adanya pembangunan pembangkit baru. China memulai pembangunan hampir 100 gigawatt kapasitas pembangkit listrik batubara baru pada tahun lalu.
‘’Kedaulatan energi China bisa dengan cara meningkatkan kemampuan impor batubara melalui kerja sama bilateral dengan negara-negara yang rajin ekspor seperti Indonesia,’’ uajr Nafan saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (18/2).
Adapun porsi penjualan pasar domestik PTBA sebesar 53% dan ekspor 47% selama 2024. Pasar ekspor utama batubara PTBA diantaranya India, Vietnam, Thailand dan Malaysia.
Mengenai rencana implementasi Mitra Instansi Pengelola (MIP), Nafan memandang bahwa skema MIP semestinya mendukung pendapatan dan laba PTBA. Rencananya skema pungut salur batubara atau MIP bakal diterapkan di tahun 2025.
Dengan adanya skema MIP, perusahaan batubara yang tidak memenuhi kewajiban Domestic Market Obligation (DMO), harus membayarkan iuran yang akan dikelola MIP. Kemudian, iuran tersebut akan digunakan untuk insentif kepada perusahaan batubara lain yang telah memenuhi DMO.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Emiten Batubara di Tengah Penurunan Harga
Hanya saja, Analis Indo Premier Sekuritas Reggie Parengkuan melihat bahwa garis waktu dari skema MIP masih belum jelas, meskipun dapat menjadi pendorong bagi PTBA kelak. Prospek harga batubata juga masih lesu dan terdapat risiko kerugian valuta asing.
Menurut Reggie, risiko penurunan pada batubara tampaknya terbatas tetapi kurang katalis untuk reli. Hal itu mengingat tingginya tingkat persediaan dan meningkatnya produksi domestik di China dan India.
‘’Kecuali jika pemerintah China meluncurkan stimulus signifikan untuk mendukung ekonominya yang lemah,’’ ungkap Reggie dalam riset 20 Januari 2025.
Meskipun permintaan batubara termal laut China tetap kuat sepanjang Desember dengan realisasi sebesar 474 juta ton pada 2024, harga batubara Newcastle anjlok ke level US$113 per ton.
Reggie berujar, penurunan harga ini kemungkinan didorong oleh ekspektasi permintaan dari China yang lebih lemah karena potensi pengenaan tarif oleh Trump & kondisi ekonomi yang lesu. Terlebih lagi, adanya prospek pasokan yang lebih tinggi dari Indonesia.
Di lain sisi, Analis Samuel Sekuritas Farras Farhan memandang, kebijakan China yang memberlakukan tarif impor 15% untuk batubara dari AS telah menjaga harga batubara tetap stabil. Tindakan balasan China telah memicu kekhawatiran akan gangguan pasokan global dan sempat mendongkrak harga batubara.
Namun demikian, Farras turut mencermati bahwa harga batubara bisa saja tertekan karena Indonesia berencana menaikkan target produksi batubara tahun 2025 menjadi 735 juta ton. Di tempat lain, ekspor batu bara Australia pada Desember meningkat menjadi 7,7 juta ton, naik 15,4% dibanding bulan sebelumnya.
Produksi batu bara China diperkirakan tumbuh 1,5% dibanding tahun lalu menjadi 4,82 miliar ton, sementara ekspor Mongolia ke China meningkat dari 70 juta ton di 2023 menjadi 83 juta ton di 2024, yang berpotensi memicu kekhawatiran akan kelebihan pasokan di pasar global.
Melihat kondisi pasar yang beragam ini, Samuel Sekuritas merevisi turun proyeksi harga batubara untuk tahun 2025 dari US$ 120 per ton menjadi US$ 115 per ton, dengan rata-rata tahun ini US$ 118,2 per ton. Harga rata-rata batubara bahkan sempat mencapai level terendah di US$106 per ton baru-baru ini.
‘’Harga batubara mengalami tekanan turun akibat melemahnya harga minyak, menyusul meningkatnya ekspektasi penyelesaian konflik Rusia-Ukraina,’’ sebut Farras dalam riset 14 Februari 2025.
Selain itu, impor batubara India tahun 2024 untuk pembangkit listrik turun 2% menjadi 173 Mt, karena produksi batubara domestik dari Coal India Ltd, penambang batu bara terbesar di dunia, naik 3,9% YoY menjadi 785,2 Mt. Lonjakan pasokan mendorong stok di pembangkit listrik ke rekor tertinggi, mengurangi ketergantungan impor India.
Dengan berbagai faktor tersebut, Farras menyarankan buy untuk PTBA dengan target harga Rp 3.200 per saham. Nafan merekomendasikan accumulative buy untuk PTBA dengan target harga jangka panjang di Rp 3.370 per saham.
Sementara itu, Reggie mempertahankan peringkat hold untuk PTBA dengan target harga Rp 2.900 per saham. PTBA disukai karena berpotensi memberikan dividen tinggi yang kemungkiinan dibagikan pada bulan Mei.
Hanya saja, patut diantisipasi risiko persediaan akibat keterlambatan pembangunan rel kereta Tanjung Enim - Keramasan. Selain itu, biaya tunai yang lebih tinggi yang dikaitkan dengan transisi bahan bakar B40 dari B35 sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News