Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga nikel terus merosot seiring dengan tingginya produksi komoditas tersebut. Tahun ini diperkirakan pasar nikel akan menghadapi tantangan akibat kelebihan pasokan dan permintaan yang lemah.
Dilansir Trading Economics, Kamis (20/2) pukul 23.25 wib, harga nikel hingga berada di kisaran US$15.634 per metrik ton atau nail 1,42% dari harga kemarin.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menilai, perkembangan industri logam saat ini mengalami lanskap yang kompleks yang dibentuk oleh berbagai faktor internal dan eksternal.
“Dari sisi internal, peningkatan produksi ini menyebabkan surplus pasokan global, yang pada gilirannya akan menekan harga. Selain itu, kebijakan lingkungan yang lebih ketat juga berdampak pada biaya produksi dan efisiensi operasional. Ini jelas mempengaruhi permintaan secara global,” terang Sutopo kepada Kontan.co.id, Kamis (20/2).
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Tambang Pilihan dan Catatan Analis Pasca Revisi UU Minerba
Sutopo menerangkan bahwa dari segi eksternal adanya perang dagang antara AS – Tingkok juga mempengaruhi permintaan dan stabilitas pasar melalui penurunan nilai ekspor. Lebih lanjut, penguatan dolar AS dan ketidakpastian ekonomi global juga turun memberikan sentimen negatif terhadap penurunan harga nikel dunia.
Meskipun ada optimisme untuk permintaan jangka panjang, terutama dari sektor EV. Tetapi kondisi pasar saat ini yang kelebihan pasokan dan permintaan yang lemah menyebabkan stagnasi harga jangka pendek. Kecuali jika ada perubahan signifikan dalam dinamika pasokan atau lonjakan permintaan, harga nikel kemungkinan akan tetap lemah dalam waktu dekat.
“Di tahun 2025, pasar nikel diperkirakan akan menghadapi tantangan karena kelebihan pasokan dan permintaan yang lemah,” ujar Sutopo.
Baca Juga: Mencari Saham Nikel yang Masih Layak Koleksi, Simak Rekomendasi Berikut Ini
Sementara itu Lukman Leong Analis Doo Financial Futures melihat dari sisi permintaan, sebenarnya tidak ada harapan pemulihan yang kuat. Eksistensi nikel juga semakin tertekan oleh teknologi baru baterai.
“Saat ini, harga nikel sudah kembali ke level dimana fenomena kendaraan listrik (EV) yang memicu permintaan besar baterai belum terjadi,“ terangnya.
Sebagai pengingat, nikel merupakan bahan dasar yang digunakan dalam proses pembuatan baterai kendaraan listrik. Adanya barang subtitusi seperti Lithium Ferro Phosphate (LFP) membuat ketergantungan pasar akan nikel semakin berkurang.
Ia juga menilai bahwa tidak ada insentif harga nikel untuk naik dalam jangka pendek. Namun harga sudah berada pada support yang ideal di kisaran US$15.000 per metrik ton. Kecuali jika pemerintah Indonesia sebagai pemasok nikel terbesar mengeluarkan peraturan yang bisa mengganggu produksi.
“Prediksi saya idealnya harga nikel berada dikisaran US$14.000 – US$16.000 per metrik ton di tahun ini,” tandas Lukman.
Sedangkan Sutopo memprediksi nikel akan diperdagangkan pada US$14.943 per metrik ton pada akhir kuartal ini, dan US$14.116 per metrik ton dalam jangka panjang.
Selanjutnya: PNM Resmikan Ruang Pintar Bagi Anak-Anak Nasabah Mekaar di Desa Pusat Laut
Menarik Dibaca: Segera Cek Jadwal Terbaru KRL Solo-Jogja Pada Jumat, 21 Februari 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News