Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak seperti harga komoditas emas yang mendaki tinggi, prospek harga nikel global masih terjal. Merujuk Trading Economics, harga nikel untuk kontrak berjangka saat ini berada di level US$ 15.367 per ton.
Level harga tersebut mencerminkan pelemahan 0,34% secara harian, atau hanya melemah tipis 0,88% dalam sebulan. Research Analyst Phintraco Sekuritas Lisya Anxellin memperkirakan harga komoditas nikel masih cenderung tertekan pada rentang US$ 15.525 hingga US$ 15.000 per ton.
Lisya mengamati sejumlah faktor yang menekan prospek harga nikel di awal tahun ini. Salah satunya, penguatan dolar Amerika Serikat (AS) beberapa waktu lalu memengaruhi harga komoditas global secara umum.
Berbagai sentimen geo-politik dan makro ekonomi global juga menciptakan volatilitas harga dalam pasar nikel. Katalis penting lainnnya datang dari ketegangan perdagangan antara AS dan China, yang cenderung memberikan dampak negatif terhadap prospek pasar nikel.
"Di sisi lain, surplus pasokan global nikel juga menjadi faktor yang menekan harga, karena adanya kelebihan produksi yang tidak diimbangi dengan permintaan yang cukup kuat," kata Lisya kepada Kontan.co.id, Selasa (18/2).
Baca Juga: Ramai Transaksi di Saham Milik Grup Bakrie & Salim ini, Lonjakan Harga Emas Pemicunya
Research Analyst Lotus Andalan Sekuritas Muhammad Thoriq Fadilla menimpali, Indonesia memegang peranan penting sebagai produsen utama nikel dunia. Pasar akan mencermati kebijakan pemerintah Indonesia, yang sebelumnya dikabarkan akan mempertimbangkan pengurangan kuota produksi bijih nikel.
Analis Indo Premier Sekuritas Ryan Winipta dan Reggie Parengkuan menyoroti sejumlah rencana dan penerapan kebijakan pemerintah yang akan berdampak terhadap prospek kinerja emiten nikel. Diantaranya implementasi bahan bakar B40.
Ryan dan Reggie memprediksi implementasi B40 berpotensi mengerek biaya penambangan rata-rata 15%-20%. Kalkulasi tersebut dengan asumsi B40 tidak akan disubsidi oleh pemerintah, dibandingkan B35 yang mendapat subsidi.
Kebijakan lain yang bakal berdampak adalah rencana peningkatan tarif royalti bijih nikel dari 10% menjadi 15%. Selain itu, perusahaan nikel juga dibayangi ketidakpastian terkait Global Minimum Tax (GMT) sebagai bagian dari mandat Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD).
Meski begitu, Ryan dan Reggie masih mempertahankan rating yang netral bagi prospek komoditas nikel. Sebab, puncak bearish pada sektor ini kemungkinan belum akan terjadi pada tahun ini.
Thoriq juga melihat peluang bagi emiten nikel masih terbuka. Industri baja tahan karat (stainless steel) dan kendaran listrik (electric vehicle/EV) masih menjadi pendorong utama permintaan nikel.
Lisya sepakat, prospek nikel untuk jangka panjang masih menarik. Di samping perkembangan industri EV, prospek emiten juga bisa terangkat oleh ekspansi kapasitas produksi. "Meski terdapat tekanan jangka pendek akibat penurunan harga nikel, tapi kami melihat prospek jangka panjang tetap positif," kata Lisya.
Rekomendasi Saham
Sementara itu, pergerakan saham emiten nikel sedang beragam. Ada yang masih melandai, tapi ada juga yang mulai menunjukkan penguatan. Contohnya PT Vale Indonesia Tbk (INCO).
Hanya saja, Technical Analyst Maybank Sekuritas Satriawan Haryono menyarankan pelaku pasar untuk tetap waspada. Sebab, rebound INCO lebih disebabkan oleh posisi saham yang sudah mencapai oversold. "Namun rebound tersebut belum mengubah tren," jelas Satriawan.
Meski begitu, dalam jangka pendek INCO masih berpotensi mengalami penguatan lanjutan. Satriawan menyarankan buy INCO dengan target harga di Rp 3.200 dan stoploss jika kembali merosot ke bawah Rp 2.900.
Sementara itu, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menyarankan buy on weakness INCO untuk target harga Rp 3.100 - Rp 3.230. Selain itu, Herditya menyarankan buy on weakness pada saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Daaz Bara Lestari Tbk (DAAZ).
Target harga untuk ANTM dan DAAZ masing-masing di Rp 1.610 - Rp 1.650 dan Rp 6.650 - Rp 6.900. Herditya selanjutnya menyarankan speculative buy saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) untuk target harga Rp 414 - Rp 422.
Sedangkan Thoriq menyarakan buy on weakness ANTM pada area Rp 1.480 - Rp 1.500 untuk target harga Rp 1.625. Pertimbangkan stoploss jika turun ke level Rp 1.450 per saham.
Sementara Lisya menyarankan trading plan dan rekomendasi saham berikut ini:
1. MBMA:
Rekomendasi: Buy
Entry level: Rp 364 - Rp 380
Stop Loss: < Rp 360
Target Harga: Rp 412 - Rp 440.
2. ANTM:
Rekomendasi: wait and see
Entry level: Rp 1.500 - Rp 1.540
Stop Loss: < Rp 1.490
Target Harga: Rp 1.615 - Rp 1.650.
3. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA)
Rekomendasi: Buy on Retracement
Entry level: Rp 1.585 - Rp 1.720
Stop Loss: < Rp 1.570
Target Price: Rp 2.010 - Rp 2.100.
4. INCO
Rekomendasi: Wait for Retracement
Entry level: Rp 2.740 - Rp 2.980
Stop Loss: < Rp 2.710
Target Price: Rp 3.210 - Rp 3.400.
Baca Juga: BBRI Banyak Diborong, Cek 10 Saham Net Buy Terbesar Asing Kemarin, Selasa (18/2)
Selanjutnya: Link Hasil Seleksi Administrasi PPPK Tahap 2 Jawa Tengah, 845 Peserta Memenuhi Syarat
Menarik Dibaca: Rekomendasi 6 Film Tentang Serangan Binatang Buas Penuh Aksi Menyeramkan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News