Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
LONDON. Citigroup dan Morgan Stanley menilai, harga emas akan terus mencatatkan penurunan seiring kian membaiknya ekonomi AS. Mereka juga bilang, keputusan the Federal Reserve yang menunda pelaksanaan pemangkasan nilai stimulus hanya membantu kenaikan harga emas untuk jangka pendek.
Analis Citigroup Ed Morse dan Heath Jansen dalam laporannya yang dirilis kemarin (23/9) bilang, harga emas kemungkinan akan jatuh di bawah US$ 1.250 per troy ounce sebelum akhir tahun. Penyebabnya, data ekonomi AS kian menguat dan investor memprediksi the Fed akan segera memangkas nilai stimulus mereka. Selain itu, pada tahun depan, harga emas rata-rata diprediksi akan berada di level US$ 1.250 per troy ounce. Angka tersebut jauh di bawah harga rata-rata tahun ini senilai US$ 1.405 per troy ounce.
Sedangkan Morgan Stanley meramal, harga rata-rata emas tahun depan akan berada di kisaran US$ 1.200-US$ 1.350 sebelum akhirnya menurun lagi.
"Penundaan keputusan untuk mengurangi nilai stimulus oleh the Fed hanya mendongkrak emas dalam jangka pendek. Apakah ini akhir tren penurunan emas? Dalam pandangan kami, jawabannya adalah tidak," kata analis Citigroup.
Hal senada juga diungkapkan oleh analis MOrgan Stanley, di mana penundaan tapering hanya menghambat tekanan yang akan datang ke emas. "Untuk jangka panjang, sentimen negatif emas masih tampak, seperti berkurangnya minat investor dalam membeli emas, penurunan permintaan fisik emas, dan penguatan dollar AS," jelas Morgan Stanley.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News