kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cisadane Sawit Raya (CSRA) berharap tren naik harga CPO bisa bertahan


Jumat, 17 Januari 2020 / 16:01 WIB
Cisadane Sawit Raya (CSRA) berharap tren naik harga CPO bisa bertahan
ILUSTRASI. Pabrik pengolahan kelapa?sawit PT Cisadane Sawit Raya Tbk. Cisadane Sawit Raya (CSRA) akan menggenjot produksi dan menekan biaya untuk meningkatkan profitabilitas.


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

Secara total, Cisadane Sawit Raya mempunyai lebih dari 18.000 hektare (ha). Dari total lahan tersebut, sekitar 85% di antaranya merupakan areal tanaman menghasilkan.

“Dengan umur tanaman produktif yang relatif masih muda, tentunya kami menargetkan adanya kenaikan produksi. Dalam lima tahun terakhir produksi TBS kami meningkat rerata sekitar 15%. Kami juga akan menjaga tingkat OER dari pabrik kami bisa mencapai setidaknya 20%,” imbuh Sidik.

Sidik menjelaskan, pihaknya belum berencana menambah lahan lantaran masih memiliki landbank di entitas anak usaha yang berlokasi di Sumatra Selatan. “Kami akan berkonsentrasi menanam di area yang masih tersisa tersebut,” tutur Sidik.

Baca Juga: Cisadane Sawit Raya (CSRA) optimistis produksi akan meningkat di 2020

Saat ini CSRA memiliki pabrik di Pelabuhan Ratu dengan kapasitas 60 ton per jam, dengan tingkat utilisasi mencapai 80% hingga 85%, tingkat oil extraction rate (OER) hingga 20%, dan kernel extraction rate (KER) hingga 5%.

Dengan adanya kenaikan produksi dan membaiknya harga komoditas, CSRA berharap pendapatan tahun ini bakal lebih baik ketimbang tahun lalu. Tapi, Sidik belum dapat menyebutkan detail target pertumbuhan pendapatan dan laba bersih. “Yang pasti, kami fokus kepada dua parameter yang dapat kami kendalikan, yaitu produksi dan cost,” jelas Sidik.

Baca Juga: Harga CPO cetak rekor penurunan terburuk dalam sepekan usai India batasi impor

Hingga Juni 2019 CSRA mencatatkan pendapatan sebesar Rp 223,46 miliar, turun 19,64% secara year on year (yoy) daripada tahun sebelumnya yang sebesar Rp 278,08 miliar. Sementara itu, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp 4,43 miliar, turun 69,24% yoy. Penurunan kinerja keuangan ini lantaran lesunya harga kelapa sawit sepanjang 2019.

Di lain sisi, Sidik menambahkan, harga komoditas yang fluktuatif juga menjadi tantangan perusahaan. Sebelumnya, CSRA mengungkapkan akan menganggarkan dana Rp 35 miliar untuk belanja modal jika kenaikan harga CPO masih berlanjut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×