Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) melakukan penawaran umum saham perdana atau intital public offering (IPO) dengan melepas 410 juta saham baru ke publik seharga Rp 125 per saham. Melalui IPO, perusahaan dengan kode saham CSRA ini meraih dana sebesar Rp 51,25 miliar.
Rencananya, CSRA akan memanfaatkan dana tersebut untuk pembelian pupuk, pembelian tandan buah segar (TBS) yang berasal dari masyarakat, dan pembayaran kontraktor untuk biaya sewa alat berat dan alat konstruksi.
Direktur Cisadane Sawit Raya Seman Sendjaja mengatakan, CSAR melakukan IPO pada momentum yang tepat. Sebab, sektor ini memiliki beberapa sentimen positif di tahun 2020, seperti kenaikan harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) dan penerapan B30.
Baca Juga: Saham Cisadane Sawit Raya (CSRA) melonjak 69,6% pada perdagangan perdana
Meskipun optimistis karena bisnisnya bakal diwarnai sentimen positif, Seman mengaku belum bisa membeberkan kenaikan pendapatan maupun laba bersih yang dibidik perusahaan. Sebab, target tersebut sangat bergantung pada harga CPO. "Kalau harga memang tidak bisa kami kontrol. Kami hanya bisa mengontrol cost dan produksi," kata Seman,Kamis (9/1) .
Oleh karena itu, Cisadane Sawit terus berusaha meningkatkan produksi dan mengelola beban perusahaan di tahun 2020 ini.
Asal tahu saja, Per 30 Juni 2019 CSRA mencatatkan pendapatan sebesar Rp 223,46 miliar, turun 19,64% secara year on year (yoy) daripada tahun sebelumnya yang sebesar Rp 278,08 miliar. Sementara itu, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp 4,43 miliar, turun 69,24% yoy. Adapun,penurunan yang terjadi sepanjang 2019 disebabkan harga kelapa sawit yang lesu.
CSRA membidik kenaikan produksi menjadi sebesar 350.000 ton TBS dan lebih dari 62.000 ton CPO. Adapun per 30 Juni 2019, produksi TBS mencapai 130.733 ton dan produksi CPO sebesar 22.217 ton
"Dengan ada profil tanaman kami yang masih banyak tanaman muda otomatis setiap tahun dalam beberapa tahun ke depan produksi kami masih terus meningkat," kata Seman.
Baca Juga: Siap-Siap, Ada Lima Perusahaan Masuk Bursa di Awal Tahun Ini
Asal tahu saja, saat ini CSRA memiliki lokasi perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu, Sumatra Utara. Melalui entitas anaknya, CSRA juga memiliki perkebunan di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatra Utara, dan Kabupaten Banyuasin, Musi Rawas, Musi Rawas Utara yang terletak di Sumatra Selatan. Secara total, lahan yang dimiliki lebih dari 18.000 ha, sebesar 85% di antaranya merupakan areal tanaman menghasilkan.
Adapun kapasitas pabrik pengolahan di Pelabuhan Ratu mencapai 60 ton per jam, dengan tingkat utilisasi mencapai 80% hingga 85%, tingkat oil extraction rate (OER) hingga 20%, dan kernel extraction rate (KER) hingga 5%.
Seman menambahkan, jika di tahun 2020 harga bisa tetap tinggi dan aliran kas baik, CSRA berencana menganggarkan Rp 35 miliar sebagai alokasi belanja modal atau capital expenditure (capex). "Kembali lagi pada harga CPO nanti," tutupnya. Capex ini akan berasal dari internal perusahaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News