Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pemerintah China terus menjaga pergerakan harga batubara sehingga tidak jatuh terlalu dalam. Sementara masalah perdagangan batubara China dan Korea Utara hanya memberi dampak kecil pada laju harga.
Mengutip Bloomberg, Jumat (24/2) harga batubara kontrak pengiriman April 2017 di ICE Futures Exchange stagnan di level US$ 83,4 per metrik ton. Dalam sepekan terakhir, batubara menanjak 4,18%.
Wahyu Tribowo Laksono, analis PT Central Capital Futures mengatakan, harga komoditas secara umum masih positif dan berpeluang melanjutkan tren penguatan tahun lalu.
Faktor utama penggerak harga komoditas adalah pengaruh kebijakan di China baik di sisi produksi maupun konsumsi, kebijakan ekonomi Amerika Serikat di bawah pemerintahan presiden Donald Trump, serta pergerakan mata uang dollar AS.
Kondisi ekonomi China yang mulai stabil menimbulkan harapan naiknya permintaan komoditas termasuk batubara. Meski, masih ada kekhawatiran kenaikan permintaan tidak akan bertahan lama.
"Pemerintah China berupaya agar pelemahan harga tidak terlalu signifikan sehingga mengganggu ekonomi negara. Apalagi jika sudah oversold, pasar akan terangsang untuk kembali melakukan aksi beli," papar Wahyu.
Produsen batubara China termasuk Shenhua Group telah setuju bekerja sama untuk mencegah batubara kembali melemah. Kemungkinan pelemahan harga batubara bisa terjadi pada bulan Maret atau April yakni setelah musim dingin berakhir.
Industri batubara China membuka diskusi dengan pemerintah agar kembali membatasi operasi tambang. Sebagai catatan, tahun lalu China membatasi operasi tambang menjadi 276 hari setahun dari sebelumnya 330 hari agar pasokan berkurang.
Pergerakan harga batubara saat ini diterpa masalah ekspor-impor antara China dan Korea Utara. Pemerintah China secara resmi menghentikan impor batubara dari Korea Utara lantaran adanya percobaan nuklir beberapa waktu lalu. Pasar khawatir jika Korea Utara akan melakukan hal yang sama, yakni menghentikan impor batubara dari China.
Isu perdagangan antara Korea Utara dengan China dapat memang membantu kenaikan harga batubara. Tetapi isu utama penggerak harga batubara tetaplah kebijakan pembatasan produksi China.
Meski China menghentikan impor batubara dari Korea Utara, tetapi masih ada mekanisme khusus yang memungkinkan impor terjadi. "Mekanisme ini melibatkan pihak tertentu sebagai perantara dengan harga yang lebih murah," kata Wahyu.
Dengan komitmen China mengendalikan produksi batubara, maka peluang kenaikan harga pun masih terjaga. Hal ini juga didukung dari sisi teknikal. Dalam jangka menengah, Wahyu memperkirakan range pergerakan batubara di level US$ 70 - US$ 110 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News