kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cerita Bakrie kenyang bergelut dengan krisis


Rabu, 28 September 2016 / 17:08 WIB
Cerita Bakrie kenyang bergelut dengan krisis


Reporter: Emir Yanwardhana, Narita Indrastiti | Editor: Rizki Caturini

Berjibaku dengan krisis

Namun, di tengah  masa kejayaannya, krisis ekonomi tahun  1997-1998 melumpuhkan bisnis Grup Bakrie. Anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS membuat oleh bisnis kelompok usaha ini. "Saat itu, ada utang berbentuk dollar AS terdampak. Pada saat itulah Grup Bakrie masuk dalam era restrukturisasi utang," ungkap Bobby.

Krisis ini pula yang  mengakibatkan keluarga Bakrie kehilangan sebagian besar saham perusahaannya. Bila semula keluarga menguasai 55% saham perusahan, akhirnya tersisa hanya 2,5%. Ini karena keluarga Bakrie harus menjual mayoritas saham untuk membayar utang yang membengkak. Terjadi capital outflow besar-besaran dan membuat saham emiten Bakrie amblas. 

Setelah krisis moneter mereda, Grup Bakrie perlahan mulai bangkit. Cuma, beban utang belum sepenuhnya beres. Tiba-tiba, krisis terjadi lagi pada 2008. Memang tak sehebat 1974 atau 1998, tetapi krisis ini cukup memukul kembali bisnis kelompok usaha Bakrie.  

Sampai kini, Grup Bakrie bahkan masih berupaya keluar dari badai krisis akibat utang yang membengkak dan menyebabkan defisiensi modal. Pengurangan utang dilakukan dengan berbagai cara, seperti menukar utang dengan saham ataupun menjual aset. "Kami di Bakrie Group memegang teguh keyakinan tidak ada yang boleh putus asa. Selalu ada jalan keluar, kalau kita punya kemauan dan usaha. Jalan itu kita sudah lihat," ujar Bobby. 

Meski masih dalam masa restrukturisasi utang, Bobby mengatakan kegiatan operasional dan ekspansi perusahaan tersebut masih terus berjalan. "Karena yang terkena dampak hanya yang di grup level atas," ujar Bobby menjelaskan. 

Belajar dari masa-masa sulit tersebut, kini Grup Bakrie mengaku lebih berhati-hati soal pembiayaan utang. Perseroan ini akan fokus pada pengembangan bisnis infrastruktur seperti jalan tol dan manufaktur seperti pipa gas. 

Apalagi, bisnis infrastruktur juga menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun ke depan. Selain itu, lini bisnis non komoditas juga akan diperbesar, agar perusahaan ini lebih tahan banting menghadapi tantangan global di masa mendatang.              




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×